Dolar AS Lagi Strong! Rupiah Keok, Cuma Rupee yang Menguat

Annisa Aflaha, CNBC Indonesia
19 August 2022 11:27
rupiah detik
Foto: detik.com

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah tak berdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Jumat (19/8/2022). Rilis data ekonomi yang solid dari dalam negeri belum mampu menopang laju rupiah, di tengah dolar AS yang kian perkasa di pasar spot.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,07% di Rp 14.840/US$. Sayangnya, rupiah terkoreksi lebih dalam sebanyak 0,2% menjadi Rp 14.860/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Terkoreksinya Mata Uang Garuda tertekan oleh indeks dolar AS yang terus menguat di pasar spot. Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS bergerak menguat 0,14% ke posisi 107,63. Padahal, di sesi awal perdagangan indeks dolar AS sempat menyentuh 107,68 dan menjadi posisi tertinggi sejak 18 Juli 2022.

Di sepanjang pekan ini, dolar AS telah reli 1,89% dan menjadi kinerja mingguan terbaik sejak 12 Juni 2022. Keperkasaan dolar AS ditopang oleh komentar para pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Presiden Fed St Louis James Bullard mengatakan dia condong ke arah mendukung kenaikan suku bunga 75 basis poin (bps) ketiga berturut-turut pada bulan September, sementara rekan Fed San Francisco Mary Daly mengatakan kenaikan suku bunga sebesar 50 atau 75 bps bulan depan akan "masuk akal. "

Sementara itu, Presiden Fed Kansas City Esther George mengatakan dia dan rekan-rekannya tidak akan berhenti mengetatkan kebijakan sampai mereka "benar-benar yakin" bahwa inflasi yang terlalu panas akan turun.

"Dolar AS sedikit lebih tinggi dengan pejabat bank sentral menjelaskan bahwa Fed masih memiliki pekerjaan untuk menaikkan suku bunga. Bahkan ketika mereka berbeda dalam seberapa banyak," tutur Kepala Strategi Mata Uang di National Australia Bank di Sydney Ray Attrill dikutip dari Reuters.

Ketua Fed Jerome Powell akan memiliki kesempatan untuk menyampaikan pandangannya di simposium Jackson Hole tahunan pada 25-27 Agustus 2022.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2022 surplus US$ 2,4 miliar setelah mengalami defisit US$ 1,8 miliar pada triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja NPI didukung oleh surplus transaksi berjalan yang meningkat dan perbaikan defisit transaksi modal dan finansial.

Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2022 mencapai US$ 136,4 miliar, setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Surplus transaksi berjalan meningkat signifikan pada triwulan II 2022 terutama ditopang oleh kinerja ekspor nonmigas yang semakin baik. Transaksi berjalan mencatat surplus sebesar US$ 3,9 miliar (1,1% dari PDB), naik signifikan dari capaian surplus pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 0,4 miliar (0,1% dari PDB).

Dengan demikian, surplus pada transaksi berjalan telah berlangsung selama 4 kali berturut-turut sejak kuartal III-2021.

Namun, neraca migas mengalami defisit US$ 7,17 miliar dan menjadi posisi defisit terdalam sejak 2010.

"Defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi oleh kenaikan impor merespons peningkatan permintaan seiring dengan kenaikan mobilitas masyarakat, serta tingginya harga minyak dunia," tulis laporan BI.

Sejatinya, data ekonomi yang baik dari dalam negeri dapat menjadi fundamental untuk menahan tekanan eksternal dan menjaga kestabilan rupiah.

Sayangnya, rupiah masih belum dapat ditopang oleh rilis data ekonomi yang solid. Mata Uang Garuda masih terkoreksi terhadap dolar AS hingga pertengahan hari ini.

Sementara itu, mayoritas mata uang di Asia berguguran, hanya rupee India yang berhasil menguat di hadapan dolar AS. Yuan China menjadi mata uang berkinerja terburuk hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tutup Kuartal I-2023, Rupiah Siap Jebol Rp 15.000/US$!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular