
Ekonomi China Lemah, Pendapatan Tencent Pertama Kalinya Turun

Jakarta, CNBC Indonesia - Tencent Holdings untuk pertama kalinya membukukan penurunan penjualan secara kuartalan karena peraturan yang lebih ketat mengenai game di China dan terimbas penguncian Covid-19.
Seperti diwartakan Bloomberg, Tencent yang merupakan perusahaan raksasa teknologi milik konglomerat Ma Huanteng mengalami penurunan pendapatan sebanyak 3% menjadi 134,034 miliar yuan atau setara dengan US$ 19,78 miliar untuk kuartal II-2022. Angka pendapatan tersebut berada di bawah konsensus analis Refinitiv di 134,6 miliar yuan.
Dengan begitu, laba perseroan juga ikut terkerek turun hingga 56% menjadi 18,62 miliar yuan dan berada jauh di bawah prediksi analis di 25,28 miliar yuan.
Sebenarnya, jika menilik lebih dalam pada kinerjanya, sejak kuartal pertama tahun ini, Tencent telah mengalami penurunan laba 0,12%.
Pada tahun ini, Tencent tercatat telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap 5.000 karyawan yang setara dengan 5% dari total pekerja.
Faktor pendorong penurunan kinerjanya disinyalir dari penguncian Covid-19 di China yang termasuk di kota metropolitan seperti Shanghai. Pembatasan tersebut akhirnya mengganggu aktivitas ekonomi.
Tencent bergulat dengan penurunan yang semakin dalam ketika ekonomi China mengalami perlambatan. PDB China pada kuartal II-2022 hanya tumbuh 0,4% dan berada di bawah ekspektasi analis. Selain itu, adanya peraturan yang lebih ketat mengenai game di China kian membebani.
Tahun lalu, pemerintah China mengumumkan peraturan yang membatasi durasi waktu bermain game online untuk anak-anak yang berumur di bawah 18 tahun, di mana maksimal durasi hanya tiga jam seminggu. Pemerintah juga merilis kebijakan baru bahwa setiap game perlu mendapat lampu hijau sebelum dirilis dan dimonetisasi.
"Tencent telah mengencangkan ikat pinggangnya karena industri teknologi China mengalami penurunan karena kinerja perusahaannya sangat bergantung pada kemajuan dalam pengendalian biaya dan optimalisasi operasional," ungkap Analis Forsyth Barr Asia Willer Chen dikutip dari Bloomberg.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Lockdown Bikin Kinerja Raksasa Teknologi China Babak Belur