Merdeka! Bursa Asia Membara, IHSG Tetap Perkasa

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 18/08/2022 09:16 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,15% di 7.144,22 pada perdagangan Kamis (18/8/2022). Namun, pada 09.07 WIB, penguatan IHSG terpangkas. IHSG hanya menguat tipis 0,09% setelah sempat merah tipis sejenak.

Selang 8 menit, IHSG terpantau sudah kuat di zona hijau dengan apresiasi 0,22% ke level 7.150,63. Sebelum libur merayakan hari Kemerdekaan RI kemarin (17/8), IHSG memang ditutup di zona hijau.

Apresiasi yang dialami IHSG juga tak terlepas dari kembali masuknya aliran modal asing. Data perdagangan mencatat, investor asing beli bersih saham di pasar reguler sebesar Rp 818,33 miliar.


Sentimen yang turut mewarnai pergerakan pasar kemarin lusa adalah RUU APBN 2023 dan pidato kenegaraan yang disampaikan oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi). Di hadapan rapat paripurna DPR RI, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah asumsi makro ekonomi untuk tahun 2023.

Ekonomi Indonesia diharapkan dapat tumbuh 5,3% tahun depan. Sementara inflasi diproyeksikan bakal berada di 3,3% dan nilai tukar rupiah bergerak di Rp 14.750/US$.

Sementara itu dari sisi postur anggaran, pendapatan negara diperkirakan mencapai Rp 2.443,6 triliun sedangkan belanja pemerintah Rp 3.041,7 triliun. Dengan begitu defisit anggaran sebesar Rp 598,2 triliun atau setara dengan 2,85% dari PDB.

Dalam pidatonya tersebut, Presiden Jokowi juga menyampaikan adanya tekanan yang masih dihadapi oleh Indonesia baik dari sisi inflasi global maupun perlambatan ekonomi global. Semalam, Wall Street ditutup di zona merah. Indeks Dow Jones melemah 0,5% dan S&P turun 0,72%. Sementara itu, Nasdaq Composite drop 1,25%.

Pergerakan pasar keuangan AS juga diwarnai oleh sentimen rilis risalah rapat the Fed pada bulan Juli lalu. Dalam notula rapat tersebut, komite pengambil kebijakan menilai belum akan mengubah sikap terkait arah kebijakan moneternya.

Suku bunga acuan masih akan dikerek naik ke depan. Namun the Fed tidak memberikan gambaran spesifik terkait target suku bunga acuan dan mengatakan akan terus meninjau perkembangan data.

Di sisi lain data inflasi Inggris yang lebih tinggi dari perkiraan juga memantik spekulasi bahwa bank sentralnya bisa saja semakin agresif falam menaikkan suku bunga acuan.

Terkait dengan inflasi, Inggris baru saja merilis data Indeks Harga Konsumen (IHK) yang naik 10,1% year on year (yoy) di bulan Juli 2022.

Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi dalam 40 tahun terakhir dan lebih tinggi dari konsensus yang dihimpun Reuters di angka 9,8% dan bulan sebelumnya di 9,4%.


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat