Harga Minyak Melesat 1% Lebih! Tapi...

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
Kamis, 18/08/2022 07:45 WIB
Foto: Sejumlah kendaraan mengantre untuk mengisi BBM jenis Pertalite di SPBU Bendungan Hilir (Benhil), Jakarta Selasa (16/8/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia melesat pada perdagangan pagi hari ini. Sepertinya investor memborong kontrak minyak karena harganya yang sudah 'murah'.

Pada Kamis (18/8/2022) pukul 06:47 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 93,46/barel. Naik 1,21% dari posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Sedangkan yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 87,87/barel. Bertambah 1,55%.


Sumber: Refinitiv

Kenaikan harga si emas hitam rasanya disebabkan oleh technical rebound. Maklum, harga komoditas ini sudah anjlok lumayan dalam.

Buktinya, meski hari ini naik tetapi harga brent dan light masih membukukan koreksi masing-masing 4,08% dan 4,44% dalam sepekan terakhir secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga masih anjlok 8,28% dan 11,84%.

So, harga minyak memang sudah dibilang sudah 'murah'. Ini yang membuat pelaku pasar kembali melirik, memborong, sehingga hasilnya harga naik.

Namun ke depan, harga minyak masih dihantui risiko penurunan. Sejumlah data menunjukkan ada tendensi konsumsi energi melambat.

Di Amerika Serikat (AS), perjalanan dengan kendaraan pada Juni 2022 tercatat 282,1 miliar mil. Turun 1,7% dibandingkan bulan sebelumnya dan menjadi penurunan pertama sejak Februari 2021. Secara absolut, perjalanan berkurang 2,8 miliar mil.

Penyebabnya adalah harga bensin yang menggila karena harga minyak sempat naik tajam. Pada Juni 2021, harga bensin di Negeri Paman Sam berada di titik tertinggi sepanjang sejarah, mencapai kisaran US$ 5/galon. Akibatnya, warga AS mengurangi pembelian bensin.

Sumber: Refinitiv

Data lain yang memberi konfirmasi konsumsi energi akan terancam adalah penjualan ritel. Pada Juli 2021, penjualan ritel di Negeri Adidaya stagnan dibandingkan bulan sebelumnya. Padahal pasar berekspektasi ada pertumbuhan 0,1%.

Faktor penyebab stagnasi penjualan ritel adalah penurunan penjualan bensin dan kendaraan bermotor. Penjualan bensin turun 1,8% sementara kendaraan bermotor dan bagiannya turun 1,6%.

Sebagai catatan, AS adalah negara konsumen minyak terbesar dunia. Jadi apa yang terjadi di sana akan sangat mempengaruhi pembentukan harga.

Nah, sejumlah data tersebut menunjukkan bahwa konsumsi minyak di Negeri Stars and Stripes sedang melemah. Maka tidak heran harga minyak sepertinya masih dihantui risiko koreksi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aji/aji)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Minyak Meroket 10% Pasca Israel Serang Iran