Jokowi Effect, IHSG Sesi Pertama Berakhir Menghijau!
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi pertama, Selasa (16/8/2022). Investor tengah mengamati isi Pidato kenegaraan serta pengantar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023.
IHSG dibuka menguat tipis 0,3% di posisi 7.114,26 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 0,15% atau 10,3 poin ke 7.103,58 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 6,54 triliun dengan melibatkan lebih dari 16 miliar saham.
Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak pagi IHSG sudah berada di zona hijau. Selang 30 menit perdagangan IHSG masih terpantau melanjutkan penguatan 0,56% di 7.133,29. Indeks bergerak konsisten di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.
Level tertinggi berada di 7.147,97 pada pukul 09:20 WIB sementara level terendah berada di 7.096,89 sesaat sebelum perdagangan ditutup. Mayoritas saham siang ini melemah yakni sebanyak 312 unit, sedangkan 192 unit lainnya menguat, dan 174 sisanya stagnan.
Menguatnya IHSG hari ini terjadi di tengah kabar positif dari neraca perdagangan RI yang kembali mencetak surplus pada Juli lalu. Selain itu, investor menyambut baik pidato penting Jokowi.
Hari ini, MPR beserta DPR akan mengadakan gelaran tahunan Sidang Bersama di mana dalam agenda ini Presiden Joko Widodo akan menyampaikan dua pidato penting.
Pagi tadi, Jokowi menyampaikan Pidato Kenegaraan yang berisi pencapaian pemerintah pada tahun 2022. Selain itu, Jokowi juga memaparkan fokus pemerintah ke depan dalam bidang ekonomi, hukum, pendidikan, politik, hingga sosial.
Pada siang hari nanti, Jokowi juga akan menyampaikan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah atas Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang APBN Tahun Anggaran 2023 beserta Nota Keuangannya.
Dalam pidato itu, Presiden akan menjabarkan target asumsi makro untuk tahun depan mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, harga minyak mentah dan gas, serta harga imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun.
Jokowi juga akan menyampaikan target penerimaan negara terkait bagaimana pembiayaan utang ke depan serta fokus belanja pemerintah pada 2023 mulai dari sektor infrastruktur, pertahanan, kesehatan, hingga bantuan sosial.
Di sisi lain, sentimen positif masih terkait neraca dagang RI. Seperti yang telah diketahui, Deputi Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Setianto melaporkan nilai ekspor pada Juli 2022 adalah US$ 25,57 miliar. Naik 32,02% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Surplus neraca perdagangan tersebut akan membantu transaksi berjalan juga surplus, yang menjadi fundamental penting bagi rupiah. Ketika transaksi berjalan surplus, maka devisa akan mengalir ke dalam negeri, sehingga stabilitas rupiah bisa terjaga.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)