
Banyak Tekanan Eksternal, Rupiah Terkoreksi Lagi...

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah kembali terkoreksi di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Selasa (16/8/2022). Indeks dolar AS bergerak menguat di pasar spot, sehingga menjadi ganjalan penguatan rupiah.
Mengacu pada data Refinitiv, rupiah terkoreksi pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,24% di Rp 14.770/US$. Kemudian, rupiah berhasil memangkas koreksinya menjadi 0,12% menjadi Rp 14.758/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya terpantau berada dekat dengan level tertinggi satu pekan di 106,49 pada pukul 11:00 WIB. Sebelumnya, indeks dolar sempat melemah hingga ke level 104 pekan lalu. Menandakan indeks dolar AS kembali perkasa.
Hal tersebut terjadi setelah rilis data ekonomi China yang mengecewakan. Diketahui, China merupakan ekonomi terbesar kedua di dunia, sehingga perlambatan pada ekonominya tentunya akan meningkatkan potensi stagflasi di negara lainnya.
Selain itu, dari Negeri Paman Sam, tanda-tanda ekonomi AS melemah karena bank sentral AS (Federal reserve/the Fed) menaikkan suku bunga acuannya secara agresif tercermin dari Indeks Pasar Perumahan dari National Association of Home Builders/Wells Fargo yang turun 6 poin menjadi 49 di Agustus 2022 dan menjadi penurunan selama delapan bulan beruntun. Angka tersebut menjadi angka terendah sejak 2014.
Angka di bawah 50 menunjukkan bahwa lebih banyak pembangun melihat kondisi sebagai buruk daripada baik.
Menurut NAHB, kenaikan biaya konstruksi dan tingkat hipotek yang tinggi membebani sentimen. Perjuangan The Fed yang semakin agresif untuk meredam inflasi yang tinggi dengan mengangkat biaya pinjaman sudah mulai terasa di sektor perumahan yang sangat sensitif terhadap suku bunga.
![]() |
Penjualan komponen rumah keluarga tunggal saat ini turun menjadi 57 dari 64 dan ukuran ekspektasi penjualan keluarga tunggal untuk enam bulan ke depan turun menjadi 47 dari 49, sedangkan indeks lalu lintas calon pembeli turun menjadi 32 dari 37.
Sementara itu, survei terpisah oleh Fed New York menunjukkan indeks "Empire State" pada kondisi bisnis saat ini anjlok 42,4 poin ke pembacaan -31,3 bulan ini. Angka di bawah nol menandakan kontraksi di sektor manufaktur New York.
Produsen melaporkan penurunan tajam dalam pesanan dan pengiriman. Indeks pesanan baru survei jatuh 36 poin ke pembacaan -29,6 sementara indeks pengiriman anjlok 49,4 poin ke -24,1.
Dari dalam negeri, investor akan disibukkan dengan Nota Keuangan yang akan memberikan petunjuk arah ekonomi, keamanan, politik, hingga terkait subsidi BBM ke depannya.
Pada siang hari, Presiden RI Joko Widodo akan menyampaikan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2023 beserta Nota Keuangannya.
Dalam pidato tersebut, presiden akan menjabarkan target asumsi makro untuk tahun depan mulai dari pertumbuhan ekonomi, inflasi, nilai tukar, lifting minyak mentah dan gas, harga minyak mentah, hingga imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) 10 tahun.
Jokowi juga akan menyampaikan target penerimaan negara, bagaimana pembiayaan utang ke depan, serta fokus belanja pemerintah pada 2023 mulai dari sektor infrastruktur, pertahanan, kesehatan, hingga bantuan sosial.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bye Dolar! Rupiah Mengangkasa Pekan Ini