Bursa Asia Terbang, Investor Party 'Till Drop

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
11 August 2022 16:38
Employees of the Korea Exchange (KRX) pose in front of the final stock price index during a photo opportunity for the media at the ceremonial closing event of the 2018 stock market in Seoul, South Korea, December 28, 2018.    REUTERS/Kim Hong-Ji
Foto: Karyawan Bursa Korea (KRX) berpose di depan indeks harga saham akhir selama kesempatan berfoto untuk media di acara penutupan seremonial pasar saham 2018 di Seoul, Korea Selatan, 28 Desember 2018. REUTERS / Kim Hong- Ji

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik ditutup cerah bergairah pada perdagangan Kamis (11/8/2022). Investor merespons positif dari rilis data inflasi terbaru Amerika Serikat (AS) pada Juli 2022.

Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, di mana Hang Seng ditutup terbang 2,4% ke posisi 20.082,43.

Tak hanya Hang Seng saja, indeks KOSPI Korea Selatan, Shanghai Composite China, ASX 200 Australia, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat lebih dari 1% pada perdagangan hari ini.

Indeks KOSPI ditutup melejit 1,73% ke posisi 2.523,78, Shanghai melompat 1,6% ke 3.281,67, ASX 200 melonjak 1,12% ke 7.071, dan IHSG melesat 1,05% menjadi 7.160,385.

Sedangkan indeks Straits Times Singapura ditutup menguat 0,48% ke posisi 3.301,96 pada perdagangan hari ini.

Sementara untuk indeks Nikkei Jepang pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Gunung.

Pelaku pasar di Benua Kuning dan Benua Hijau ikut merespons positif dari rilis data inflasi terbaru AS pada Juli 2022.

Pada Rabu malam waktu Indonesia, data inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada periode Juli 2022 resmi dirilis. Hasilnya pun lebih baik dari ekspektasi pasar.

IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu melandai ke 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu sebesar 9,1%. IHK Juli juga di bawah ekspektasi pasar yakni 8,7%.

"Indeks harga konsumen tidak berubah dibandingkan dengan Juni lalu, jauh di bawah ekspektasi, sementara CPI tidak termasuk barang-barang makanan dan energi yang mudah menguap naik hanya 0,3% terkecil dalam empat bulan," ujar Departemen Tenaga Kerja AS.

Bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mempertimbangkan laporan tersebut bersamaan dengan data ekonomi penting lainnya menjelang pertemuan selanjutnya di September.

"Perlambatan pada IHK Juli 2022 tampaknya merupakan bantuan besar bagi The Fed, terutama karena mereka menilai inflasi akan bersifat sementara. Namun, hal tersebut tidak benar...jika kita melihat angka inflasi yang terus menurun, The Fed mungkin akan mulai memperlambat laju pengetatan moneter," tutur Pendiri Quadratic Capital Management Nancy Davis dikutip CNBC International.

Pelaku pasar berharap bahwa The Fed dapat bersikap lebih dovish sedikit setelah inflasi Negeri Paman Sam mulai melandai, meski inflasi saat ini dinilai masih cukup tinggi.

Pasar juga berharap bahwa The Fed dapat menjinakkan inflasi tanpa memasukkan ekonomi ke dalam resesi. Dengan inflasi yang mulai melandai, maka The Fed berpotensi meningkatkan suku bunga pada tingkat yang lebih moderat pada pertemuan berikutnya di September.

Meski begitu, dua pejabat The Fed yakni Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari dan Presiden The Fed Chicago, Charles Evans menegaskan bahwa The Fed masih akan tetap menaikkan suku bunganya secara agresif, meskipun inflasi melandai.'

Kashkari menegaskan suku bunga acuan The Fed akan di bawa ke 3,9% pada tahun ini dan 4,4% pada tahun depan, dari level saat ini 2,25-2,5%.

"Tidak ada yang berubah. Kita harus membawa inflasi kembali ke level 2%," tutur Kashkari, seperti dikutip dari Reuters.

Pernyataan Kashkari tersebut dapat mementahkan ekspektasi pasar yang semula berharap The Fed akan menurunkan agresivitas kebijakannya begitu inflasi melandai.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular