Sambut Baik Inflasi AS, IHSG Sesi I Berakhir Melesat 1,02%!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
Kamis, 11/08/2022 11:46 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir menguat pada penutupan perdagangan sesi I Kamis (11/8/2022) pasca rilis inflasi Amerika Serikat (AS) yang menunjukan penurunan.

IHSG dibuka melesat 0,7% di posisi 7.135,51 dan ditutup di zona hijau dengan apresiasi 1,02% atau 72,59 poin ke 7.158,83 pada penutupan perdagangan sesi pertama pukul 11:30 WIB. Nilai perdagangan tercatat naik ke Rp 8,62 triliun dengan melibatkan lebih dari 17 miliar saham.

Menurut data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), sejak pagi IHSG sudah berada di zona hijau. IHSG lanjut terbang 1,07% di awal perdagangan di 7.162,00. Meski pada 09.12 WIB, apresiasi IHSG terpantau terpangkas 0,87% tetapi pukul 10:30 WIB IHSG kembali melanjutkan penguatan dan konsisten berada di zona hijau hingga penutupan perdagangan sesi I.


Level tertinggi berada di 7.171,88 sekitar pukul 11:50 WIB sementara level terendah berada di 7.126,28 sesaat setelah perdagangan dibuka. Mayoritas saham siang ini menguat yakni sebanyak 320 unit, sedangkan 165 unit lainnya melemah, dan 191 sisanya stagnan.

Pergerakan IHSG mengekor Wall Street yang kompak melejit pada perdagangan semalam. Begitu pula bursa Asia-Pasifik yang cenderung menguat karena investor menyambut baik dari data inflasi terbaru pada periode Juli 2022.

Pada Rabu malam waktu Indonesia, data inflasi Negeri Paman Sam dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada periode Juli 2022 resmi dirilis. Hasilnya pun lebih baik dari ekspektasi pasar.

IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu melandai ke 8,5% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada Juni lalu sebesar 9,1%. IHK Juli juga di bawah ekspektasi pasar yakni 8,7%.

"Indeks harga konsumen tidak berubah dibandingkan dengan Juni lalu, jauh di bawah ekspektasi, sementara CPI tidak termasuk barang-barang makanan dan energi yang mudah menguap naik hanya 0,3% terkecil dalam empat bulan," ujar Departemen Tenaga Kerja AS.

Dengan berbekal data inflasi ini, bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tentunya akan mempertimbangkan laporan tersebut bersamaan dengan data ekonomi penting lainnya menjelang pertemuan selanjutnya di September.

"Perlambatan pada IHK Juli 2022 tampaknya merupakan bantuan besar bagi The Fed, terutama karena mereka menilai inflasi akan bersifat sementara. Namun, hal tersebut tidak benar. Tapi jika kita melihat angka inflasi yang terus menurun, The Fed mungkin akan mulai memperlambat laju pengetatan moneter," tutur Pendiri Quadratic Capital Management Nancy Davis dikutip CNBC International.

Saat ini pelaku pasar memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) ke 2,75-3% dalam rapat bulan depan. Mengutip CME FedWatch, kemungkinannya 57,5%, bukan lagi naik 75 bps apalagi 100 bps.

Untuk hari ini, investor fokus menanti rilis Indeks Harga Produsen (IHP) AS per Juli 2022 yang akan dirilis pada pukul 19:30 WIB.

IHP merupakan salah satu indikator fundamental yang perubahan pada setiap bulannya kerap di amati oleh para pelaku keuangan. IHP mengukur perubahan harga barang yang dijual perusahaan dan merupakan salah satu indikator yang berkontribusi terhadap inflasi secara keseluruhan.

Trading Economic smemprediksikan IHP pada Juli 2022 akan menurun ke 10,4% secara tahunan. Sementara secara bulanan, IHP juga diprediksikan akan turun ke 0,2%. Jika IHP menurun maka dapat mengindikasikan potensi perlambatan inflasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat