Heboh Ajaib Error, Transaksi Bursa Dulu Pakai Papan Tulis

Market - Chandra Dwi, CNBC Indonesia
10 August 2022 17:32
Karyawan melintas di depam layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (5/7/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar modal di Indonesia memiliki sejarah yang cukup panjang. Kehadirannya bahkan sudah ada sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek sejatinya telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia (Jakarta). Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, namun perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. 

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia (RI), dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah RI mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Setelah diaktifkan kembali, perdagangan di bursa pada tahun 1977-1987 sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Saat itu juga, masyarakat lebih memilih berinvestasi di instrumen perbankan dibandingkan instrumen pasar modal.

Atas dasar itu, hadirlah Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

Setahun kemudian, paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ pun akhirnya terbuka untuk asing dan menyebabkan aktivitas bursa terlihat meningkat.

Pada 2 Juni 1988, Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

Kemudian pada Desember 1988, pemerintah kembali mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal di Tanah Air.

Sekitar enam bulan kemudian yakni 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

Setelah berjalan beberapa tahun, tepatnya pada 13 Juli 1992, akhirnya BEJ dilakukan swastanisasi dan lembaga BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

Pada tahun 2007, BEJ dengan BES pun digabung menjadi satu. Kemudian, namanya berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

Saat ini, digitalisasi pasar modal RI sudah cukup pesat. Namun siapa sangka, sebelum mengalami digitalisasi, tentunya pasar modal RI juga sempat mencicipi masa manualisasi.

Sebelum era digitalisasi, seluruh transaksi saham masih berupa fisik, di mana setiap sertifikat harus terlebih dahulu digandakan sebelum bertransaksi dan rawan sekali terjadi pemalsuan.

Bahkan, bursa sempat menggunakan papan tulis untuk digunakan sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham.

Pada 22 Mei 1995, sistem perdagangan secara manual mulai berakhir dan era digitalisasi bursa pun di mulai, di mana pada tahun ini, sistem Otomasi perdagangan di BEJ yakni Jakarta Automated Trading Systems (JATS) pun lahir.

Pada tahun 2000, Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia dan digitalisasi perdagangan bursa semakin meningkat.

Dua tahun berikutnya, bursa yang saat itu masih bernama Bursa Efek Jakarta (BEJ) mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh alias remote trading. Lalu di Maret 2009, otoritas BEI menerapkan sistem perdagangan baru, JATS-NextG.

TIM RISET CNBC INDONESIA


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Investor Amankan Aset, Ouflow Asing Kian Deras Tinggalkan RI


(chd)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading