Gegara Ini Asing Tarik Dana dari RI Terutama Saham Bank Besar

Market - Romys Binekasri, CNBC Indonesia
14 July 2022 06:35
Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo) Foto: Layar monitor menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan saham. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Investor asing ramai-ramai menarik dananya dari pasar saham Tanah Air. Sektor yang paling banyak mengalami aliran modal keluar atau capital outflow, yaitu perbankan besar.

Praktisi Pasar Modal Lucky Bayu Purnomo mengatakan, terdapat beberapa hal yang mendorong investor menarik dananya di saham bank.

Pertama, potensi kenaikan suku bunga acuan yang akan dikeluarkan melalui kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI). Sebab, bagi negara berkembang, kenaikan suku bunga memiliki kekhawatiran tersendiri terhadap kondisi ekonomi negara.

"Masih karena kebijakan yang berasal dari BI terkait suku bunga dan inflasi. Karena sentimen negatif di negara berkembang sedang menjadi perhatian di mana ada kecemasan inflasi. Karena Indonesia bagian dari negara berkembang, jadi banking jadi sasaran utama pelaku pasar karena potensi kenaikan suku bunga," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (13/7/2022).

Selanjutnya, kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) hingga tembus melebihi level Rp 15.000. Terakhir, karena investor lebih memilih untuk menempatkan dananya pada sektor lain yang menjadi primadona sesuai dengan kondisi perekonomian yang bergerak dinamis.

"Karena volatilitas di sektor lain yaitu energi yang mendorong volatilitas pasar cukup tinggi sejak awal tahun. Jadi pasar memperhatikan sektor itu," tuturnya.

Menurutnya, sentimen saat ini yang mempengaruhi keputusan investor untuk menghindari sektor perbankan akan berlangsung hingga akhir tahun. "Ini kan sudah bulan ke tujuh kita telah ada di pertengahan tahun. Sentimen ini sampai akhir tahun," ucapnya.

Lucky menyebut, jika BI dapat menahan suku bunga acuan di level rendah maka dapat menjaga kepercayaan investor terhadap sektor perbankan. Menurutnya, BI masih ada cukup ruang untuk tetap mempertahankan suku bunganya di level 3,5%.

Ia menambahkan, dalam menghadapi gejolak perekonomian global saat ini, Indonesia dapat bertahan jika dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri. Dalam hal ini, pengendalian bahan pangan pokok dan menjaga pasokan suplai domestik diutamakan dibandingkan ekspor.

"Kemampuan ekonomi kita di mana inflasi harus lebih terkendali dengan menyiapkan suplai bahan pokok yang optimal. Suplai yang terbatas permintaan tinggi jadi harganya tinggi," pungkasnya. 


[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya

Asing Borong Lagi Saham GOTO, Sudah Masuk Rp 600 M


(vap/vap)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Terpopuler
    spinner loading
LAINNYA DI DETIKNETWORK
    spinner loading
Features
    spinner loading