Saham JARR Terbang Terus Hingga Ekspansi BUAH dan KLIN

Teti Purwanti, CNBC Indonesia
10 August 2022 07:35
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,23% di 7.102,88 pada perdagangan Selasa (9/8/2022).

IHSG tetap kuat bertahan di atas level psikologis 7.100 dan genap mencatatkan apresiasi sepanjang 7 hari perdagangan beruntun.

Yuk simak kabar emiten, sebelum memulai perdagangan Rabu (10/8/2022):

1. Baru Masuk Bursa, Emiten Ini Jualan Buah-buahan Rp 1,4 T

Perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan besar buah-buahan dan daging unggas beku, PT Segar Kumala Indonesia Tbk (BUAH) meyakini penjualan akan tumbuh lebih tinggi pada tahun ini.

Direktur Utama PT Segar Kumala Indonesia Tbk Renny Lauren mengatakan pihaknya menargetkan pertumbuhan penjualan hingga 50% dibandingkan 2021 atau setara Rp 1,4 triliun.

Adapun tahun lalu penjualan perseroan sebesar Rp 1,02 triliun. Perseroan juga menargetkan bisa membagikan dividen pada tahun depan sebesar 60% dari laba bersih tahun ini.

"Sesuai prospektus, kami akan membagikan dividen 60% pada tahun depan dari keuntungan perusahaan," jelas Direktur Utama PT Segar Kumala Indonesia Tbk Renny Lauren kepada media, Selasa (9/8/2022).

Saham BUAH resmi tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini dan pada awal pembukaan pukul 09:05 WIB melesat 21,13% menjadi Rp 470 dari harga IPO Rp 388 per saham. Saham BUAH konsisten bergerak di zona hijau hingga menyentuh level tertingginya di Rp 484 per unit.

Terkait harga saham, Renny bersyukur harga pembukaan bisa melesat, namun perseroan tidak menargetkan secara khusus terkait kenaikan harga saham dan menyerahkan seluruhnya ke mekanisme pasar.

BUAH menjadi emiten ke-41 yang listing sepanjang 2022 dan merupakan emiten ke-807 di BEI. Dalam IPO ini, Segar Kumala Indonesia melepas maksimal 20% sahamnya ke publik atau sebanyak-banyaknya 200 juta lembar saham, sehingga perseroan memperoleh dana Rp 77,6 miliar.

2. Masuk Bursa, Simak Target dan Rencana Ekspansi Klinko

Produsen alat kebersihan ramah lingkungan PT Klinko Karya Imaji Tbk (KLIN) menargetkan kenaikan pendapatan tahun ini sebesar 200% menjadi sebesar Rp 8,3 miliar. Salah satu pendorongnya berasal dari dana hasil IPO yang akan mendongkrak kinerja perseroan.

Direktur Klinko Karya Imaji Sisse Paloma mengatakan, dana dari hasil pencatatan saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) akan digunakan untuk meningkatkan operasional perusahaan.

"(Target) Revenue (tahun ini) Rp 8,3 miliar. Ada kenaikan 200% dari tahun lalu. Dana dari IPO masuk, akan mendirikan pabrik dan pasang mesin di situ," ujarnya saat ditemui di gedung Energy Building, Selasa (9/8/2022).

Sisse menjabarkan, sekitar 40% dari dana IPO akan digunakan untuk kebutuhan pembangunan kantor pusat, area produksi, gudang bahan baku beserta fasilitas umum. Pembangunan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan pengembangan kegiatan usaha.

Sekitar 38,75% akan digunakan untuk kebutuhan belanja modal Perseroan yaitu penambahan fasilitas produksi berupa mesin- mesin produksi guna meningkatkan kualitas produk dan kapasitas produksi serta pembelian aset berupa mobil box, mobil operasional dan peralatan kantor.

Sementara, sekitar 21,25% akan digunakan sebagai keperluan modal kerja Perseroan dalam rangka pembelian bahan baku berupa benang dan persediaan berupa aksesoris untuk menunjang produk KLIN serta pembiayaan aktivitas pemasaran produk KLIN.

3. Lapor Pak Erick! Ekuitas Waskita Beton Sudah Positif Rp 2,5 T

PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) berhasil mencatatkan nilai ekuitas positif sebesar Rp 2,5 triliun per Juni 2022. Capaian tersebut merupakan peningkatan signifikan setelah sebelumnya WSBP membukukan ekuitas negatif (defisiensi modal) Rp 2,9 triliun pada 31 Desember 2021.

Perbaikan ekuitas merupakan salah satu target prioritas dalam program pemulihan fundamental keuangan WSBP. Besaran ekuitas merupakan indikator kesehatan struktur permodalan sebuah perusahaan.

Sebagai perusahaan manufaktur dengan skema job order, ekuitas positif menjadi salah satu syarat bagi WSBP untuk mengikuti berbagai kegiatan tender proyek Pemerintah, BUMN, maupun Swasta.

"Dengan posisi ekuitas positif tersebut, maka WSBP dapat berpartisipasi dalam tender proyek dari pasar-pasar non Waskita Group," jelas Asep Mudzakir, Director of Finance & Risk Management dalam keterangan resmi, Selasa (9/8/2022).

Menurutnya, hal ini akan mendukung strategi WSBP dalam meningkatkan pangsa pasar. Peningkatan ekuitas WSBP adalah implikasi dari Putusan Homologasi (Perjanjian Perdamaian) yang sudah disahkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 28 Juni 2022.

4. Pembukuan INTA Disclaimer, Buntut Dicabutnya Izin IBFN

Laporan keuangan PT Intraco Penta Tbk (INTA) mendapat disclaimer atawa opini tidak memberikan pendapat dari akuntan publik. Disclaimer timbul akibat buruknya kinerja keuangan perusahaan alat berat tersebut.

Berdasarkan keterbukaan informasi, Selasa (9/8/2022), INTA mengalami kerugian Rp 466,99 miliar per akhir tahun lalu. Pada saat yang bersamaan, INTA membukukan defisiensi modal Rp 1,69 triliun.

Belum berhenti sampai di situ, sejumlah utang INTA beserta anak usaha telah jatuh tempo. Kondisi ini menyebabkan ketidakpastian signifikan atas kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usaha.

Pandemi membuat perfoma INTA berantakan. Bahkan anak usaha INTA, yaitu PT INtan Baru Prana (IBFN) izin usahanya di bidang pembiayaan dicabut izin usahanya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 31 Januari 2022.

"Dampaknya, IBFN tidak lagi dapat melakukan kegiatan usahanya sebagai perusahaan pembiayaan sejak tanggal ditetapkan. Untuk menjaga kelangsungan usaha, maka IBFN harus mencari bidang usaha baru yang tidak berkaitan dengan sektor industri pembiayaan," jelas manajemen INTA dalam keterbukaan informasi.

Perseroan juga tengah melakukan restrukturisasi kepada kreditur IBFN. Restrukturisasi dilakukan dengan cara melakukan konversi utang emnajdi instrument keuangan lainnya yang bersifat ekuitas.

Selain itu, INTA juga berencana untuk menambah modal kepada IBFN dengan melakukan aksi korporasi penambahan modal dengan cara penerbitan saham baru melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau Tanpa melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD).

5. Emiten Luhut Mau Keluar dari Bisnis Batu Bara

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) berencana keluar dari bisnis batu bara dalam lima tahun ke depan. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama TOBA Pandu Sjahrir.

"TOBA dalam lima tahun ke depan akan keluar dari bisnis batu bara dan Insya Allah fokus hanya pada renewable sama transisi," jelas Pandu di Instagramnya.

Menurutnya ke depan, greentech akan jadi kesempatan besar dalam 10 tahun ke depan. Ini sejalan dengan komitmen PT TBS Energi Utama Tbk yang dalam lima tahun ke depan berencana akan keluar dari industri batu bara dan berfokus pada transisi energi dan energi terbarukan.

"Saya juga yakin pada 2030 nanti, transportasi di Jakarta akan berubah menjadi elektrik," ungkap Pandu.

Menurutnya ke depan greentech menjanjikan berbagai kemungkinan, dari waste management hingga sisi deteksi identifikasi kualitas udara, yang coba dilakukan banyak orang di seluruh dunia. Bahkan juga soal engineering construction untuk renewable dan hal-hal ini sangat membuat Pandu tertarik.

"Banyak sekali kesempatan dan juga ini akan menjadi tren yang tidak bisa dihentikan," jelas Pandu.

Pandu juga memprediksi pada 2030 di Jakarta kendaraan sudah elektrik semua. Pada 2030 juga, Pandu berencana mengubah semua motor di ekosistem GoJek dengan yang elektrik.

6. Digugat Rp 11 T, Blue Bird: Isu Lama, Lebih Baik Fokus Kerja

Blue Bird Group tengah digugat Rp 11 triliun lebih dari sejumlah pihak. Menanggapi hal itu, Sigit Djokosoetono, Direktur Utama Blue Bird mengatakan, ini bukan cerita baru.

Alih-alih fokus pada gugatan tersebut, emiten berkode saham BIRD ini justru akan lebih fokus pada fundamental perusahaan. "Hal ini bukan cerita baru, namun kami akan melakukan antisipasi dengan fokus pada fundamental apalagi perseroan tidak bisa mengontrol informasi di luar," jelas Sigit dalam konferensi pers, Selasa (9/8/2022).

Dia menegaskan akan lebih fokus pada performa harian dan juga GCG sesuai dengan aturan yang ada. Apalagi, menurut Sigit segala hal yang berhubungan dengan perseroan tercatat secara resmi di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang bisa juga diakses publik.

"Kami tentu akan menjalankan perseroan dengan mengikuti aturan yang ada, sebab kalau ada yang salah surat OJK langsung datang dan ini membuat arah BIRD sesuai yang dijanjikan," pungkas Sigit.

Untuk diketahui, Elliana Wibowo yang menggugat Blue Bird merupakan anak dari Alm. Surjo Wibowo, salah satu sosok penting dari perusahaan penyedia layanan taksi tersebut. Selain itu dia juga merupakan saudara kandung dari Komisaris BIRD Gunawan Surjo Wibowo.

Dalam dokumen resmi perusahaan disebutkan bahwa perusahaan didirikan pada tahun 1965 oleh Alm. Mutiara Fatimah Djokosoetono dan kedua anaknya yakni Alm. dr. Chandra Suharto dan Purnomo Prawiro yang merupakan pengendali BIRD dan kala IPO menjabat sebagai direktur utama perusahaan.

Keterlibatan ayah dari Elliana dimulai tahun 1970-an ketika Alm. Mutiara Fatimah Djokosoetono, CV Lestiani dan Alm. Surjo Wibowo bersama-sama dengan beberapa mitra bisnisnya mendirikan PT Sewindu Taxi (berganti nama menjadi PT Blue Bird Taxi - "BBT"). CV Lestiani sendiri adalah perusahaan yang didirikan oleh tiga anak Alm Ibu Mutiara, Alm. Chandra, Purnomo dan Mintarsih A. Latief. 

7. Tak Ada Lagi Divestasi Aset, Laba Bersih PTPP Hanya Naik 1%

PT PP Tbk (PTPP) membukukan laba bersih Rp 86,96 miliar semester pertama tahun ini. Angka tersebut naik tipis, sekitar 1,07% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 86,04 miliar.

Berdasarkan laporan keuangan, PTPP sejatinya membukukan kenaikan pendapatan hingga 39,74% secara tahunan menjadi Rp 9,02 triliun dari sebelumnya Rp 6,46 triliun.

Kenaikan beban pokok masih terlihat proporsional. Kenaikannya 36,87% secara tahunan menjadi Rp 7,79 triliun.

Alhasil, PTPP masih mampu membukukan laba kotor Rp 1,23 triliun. Angka ini lompat 53,76% dibanding semester I-2021, Rp 798,28 miliar.

Yang perlu dicatat, PTPP tak lagi membukukan laba atas divestasi entitas asosiasi pada semester pertama tahun ini. Sedang pada periode yang sama tahun lalu, pos keuangan ini tercatat Rp 199,14 miliar.

Pada saat yang bersamaan, laba atas ventura bersama PTPP turun 41,82% secara tahunan menjadi Rp 136,47 miliar. Beban keuangan PTPP juga tercatat naik 25,325 secara tahunan menjadi Rp 594,45 miliar.

Kondisi itu tak mampu dikompensasi oleh bagian laba entitas asosiasi yang nilainya memang hanya Rp 968,51 juta dari sebelumnya rugi Rp 2,62 miliar.

Ditambah dengan penurunan pendapatan lain menjadi Rp 69,99 miliar dari sebelumnya Rp 103,21 miliar, serta kenaikan beban pajak final jadi Rp 230 miliar dari sebelumnya Rp 224,78 miliar, PTPP alhasil hanya mampu membukukan kenaikan laba bersih 9,51% secara tahunan menjadi Rp 132,82 miliar.

Kondisi itu juga yang membuat laba tahun berjalan PTPP hanya naik 1,81% secara tahunan menjadi Rp 112,25 miliar, dan berimbas pada laba bersih yang juga hanya mengalami kenaikan tipis.

8. Gonjang-ganjing Saham Mayora (MYOR)

Harga saham emiten konsumen PT Mayora Indah Tbk (MYOR) ditutup stagnan di Rp 1.950/unit hari ini Selasa (9/8/2022).

Pergerakan harga saham MYOR cukup volatil hari ini. Saham dibuka di Rp 1.950/unit dan sempat menguat ke Rp 1.970/unit sebagai posisi tertinggi.

Namun, harga saham MYOR terbanting dan sempat mencicipi posisi terendahnya di Rp 1.925/unit sebelum akhirnya diangkat kembali ke posisi pembukaan.

Saham MYOR ditransaksikan sebanyak 1.411x dengan nilai perdagangan mencapai Rp 17,15 miliar dan nilai kapitalisasi pasar Rp 43,6 triliun.

Namun dalam sepekan terakhir harga saham MYOR terpantau naik hampir 6%.

Sebagai salah satu emiten di sektor konsumen, kinerja MYOR tertekan oleh kenaikan harga gandum dan CPO.

Untuk diketahui laba bersih MYOR tergerus lebih dari 60% secara tahunan pada kuartal I-2022 menjadi Rp 306 miliar dari sebelumnya Rp 823 miliar pada kuartal I-2022.

Namun seiring dengan tren penurunan harga CPO akibat kenaikan stok dan Ukraina yang dilaporkan sudah mulai mengekspor gandum dan memicu penurunan harga membuat pasar berekspektasi kalau MYOR akan tetap mampu menjaga marjin laba sehingga membuat harganya naik akhir-akhir ini.

9. PBRX Ingin Rights Issue, Efek Dilusinya 76,85%

Emiten tekstil PT Pan Brothers Tbk (PBRX) akan menggelar penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD). Jumlah saham yang diterbitkan rencananya paling banyak 21,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp 25 per saham.

Berdasarkan prospektus, Selasa (9/8/2022), jumlah tersebut setara 331,87 % dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Harga penawaran sebagaimana yang akan diumumkan kemudian di dalam Prospektus PMHMETD dengan memperhatikan peraturan dan ketentuan yang berlaku.

Sebelum dilakukannya PMHMETD tersebut, Perseroan akan meningkatkan modal dasar Perseroan dari sebesar Rp 647,5 miliar yang terbagi atas 25,9 saham yang masing-masing bernilai nominal Rp 25 menjadi sebesar Rp 875 yang terbagi atas 35 miliar saham yang masing-masing bernilai nominal Rp 25 dengan tetap memperhatikan ketentuan Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.J.1, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep- 179/BL/2008 tentang Pokok-Pokok Anggaran Dasar Perseroan yang Melakukan Penawaran Umum Efek Bersifat Ekuitas dan Perusahaan Publik, sehubungan dengan hal tersebut akan dilakukan perubahan Pasal 4 ayat 1 Anggaran Dasar Perseroan.

"Pelaksanaan penambahan modal dilakukan melalui PMHMETD, pengajuan pelaksanaan pendaftaran penambahan modal tersebut dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). RUPS direncanakan diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 15 September 2022. Dengan demikian pelaksanaan PMHMETD sesuai ketentuan yang berlaku paling lambat 12 bulan setelah tanggal pelaksanaan RUPS, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku," seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Selasa (9/8/2022).

Dana right issue rencananya akan digunakan sebagai modal kerja untuk mendukung kinerja usai dikurangi biaya emisi. Dengan asumsi PMHMETD adalah sejumlah sebanyak-banyaknya 21,5 miliar saham, maka pemegang saham yang tidak melaksanakan HMETD akan terkena dilusi kepemilikan maksimum sebesar 76,85 %.

10. Kinerja Lagi Jeblok, Irwan Hidayat Justru Borong Saham SIDO

Direktur emiten konsumer farmasi herbal, Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO), Irwan Hidayat memborong 1,28 juta saham perusahaan yang dipimpinnya tersebut.

Berdasarkan dokumen yang terbit di keterbukaan informasi, Irwan yang sebelumnya tidak memiliki saham SIDO diketahui memesan 12.794 lot saham SIDO atau setara dengan 0,004% kepemilikan perusahaan.

Transaksi tersebut dilakukan pada 3 Agustus lalu dan dilaksanakan di harga Rp 780/saham. Artinya dana yang dikeluarkan oleh Irwan nyaris mencapai Rp 1 miliar.

Irwan menyebut bahwa transaksi tersebut dilakukan secara langsung dengan tujuan untuk menambah saham di perusahaan. Mengutip data RTI, sebelumnya terdapat dua petinggi perusahaan yang memiliki kepemilikan di SIDO yakni Johan Hidayat yang merupakan anggota komisaris dan Leonard yang merupakan direktur, masing-masing sebesar 0,006% dan 0,004%.

11. Diam-diam, Investor Ini Kembali Borong Saham Grup Bakrie

PT Biofuel Indo Sumatera (BIS) kembali menambah kepemilikan sahamnya di emiten Grup Bakrie. Terbaru, BIS diketahui mengakuisisi 1,98 miliar (5,38%) saham Bakrie Telecom (BTEL).

Pembelian tersebut terjadi pada tanggal 5 Agustus berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang mengungkap nama pemilik saham baru BTEL setelah ambang batas 5% kepemilikan terlewati.

Sebelum pembelian pada hari terakhir perdagangan kemarin, BIS tidak memiliki saham di BTEL yang harganya sudah mentok di level terendah perdagangan yakni Rp 50/saham. Menggunakan harga tersebut, BIS diperkirakan harus merogoh kocek nyaris Rp 100 miliar.

Tidak diketahui secara pasti, dari pemegang saham mana BIS mencaplok saham BTEL. Akan tetapi Credit Suisse AG Singapore diketahui memiliki kepemilikan yang nyaris serupa dengan besaran yang diakuisisi oleh BIS. Sebelumnya BIS juga sempat mengakuisisi saham emiten Grup Bakrie, bertepatan dengan keluarnya Credit Suisse AG Singapore sebagai pemegang saham.

Pembelian BIS sebelumnya yang dilakukan di Grup Bakrie adalah lewat entitas induk Grup Bakrie, PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR).

12. 4 Hari JARR Melantai, Haji Isam Tambah Tajir Rp 2,6 T

Harga saham PT Johnlin Agro Raya Tbk (JARR) kembali melesat 25% dan menyentuh Auto Reject Atas (ARA) di Rp 725/unit pada sesi I perdagangan Selasa (9/8/2022).

Hingga pembukaan perdagangan sesi kedua saham JARR terpantau masih menghijau kuat 18,97% ke harga Rp 690/unit

JARR merupakan emiten yang bergerak di bidang perkebunan dan pemrosesan kelapa sawit. Emiten yang satu ini menggelar aksi korporasi Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) pekan lalu.

Saham JARR resmi ditransaksikan di pasar sekunder pada 4 Agustu 2022. Dalam debutnya harga saham JARR melesat dan menyentuh ARA.

Setelah resmi listing, harga saham JARR mengalami ARA berjilid-jilid. Sejak IPO, saham JARR terpantau sudah 3 kali ARA.

JARR melakukan IPO dengan melepas 1,22 miliar saham baru atau setara dengan 15,29% dari modal ditempatkan dan disetor di harga Rp 300/unit.

Dari aksi korporasi berupa IPO tersebut, dana segar yang diperoleh perusahaan mencapai Rp 366,8 miliar. Valuasi JARR berdasarkan harga IPO berada di Rp 2,4 triliun.

Dengan apresiasi 4 kali beruntun. nilai kapitalisasi pasar JARR telah terbang 130%. Nilai kapitalisasi pasar JARR kini berada di Rp 5,5 triliun atau naik lebih dari 2 kali valuasi saat IPO.

Sebelum IPO, pemegang saham JARR adalah PT Eshan Agro Sentosa 99,91% dan PT Sinar Bintang Mulia 0,09%.

Setelah IPO, persentase kepemilkan PT Eshan Agro Sentosa dan PT Sinar Bintang Mulia mengalami dilusi sehingga masing-masing menjadi 84,64% dan 0,08%.

Asal tahu saja, PT Eshan Agro Sentosa sendiri adalah subholding dari PT Jhonlin Group yang berkantor pusat di Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan (Kalsel). Jhonlin Group merupakan milik pengusaha Samsudin Andi Arsyad alias Haji Isam.

Dengan kinerja saham yang impresif dan mengalami ARA berjilid-jilid, nilai kekayaan Haji Isam secara kasar sudah naik sekitar Rp 2,64 triliun hanya dalam 4 hari. 

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular