
Harga Batu Bara Naik 4%! Gara-gara Putin Nih...

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kembali terbang. Pada perdagangan Selasa (9/8/2022), harga batu kontrak September di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 375 per ton. Harga batu bara melesat 4,02% dibandingkan hari sebelumnya.
Penguatan kemarin memperpanjang tren positif batu bara yang sudah berlangsung sejak Senin pekan ini setelah ambruk pada pekan sebelumnya. Dalam dua hari terakhir, harga batu bara melambung 8,15%.
Secara keseluruhan, harga batu bara masih menyusut 0,94% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga amblas 9,75%.
Penguatan harga batu bara ditopang sejumlah faktor mulai dari akan dimulainya embargo Uni Eropa terhadap batu bara Rusia dan masih tingginya permintaan. Seperti diketahui, Uni Eropa akan melarang impor batu bara Rusia mulai hari ini, Rabu (10/8/2022). Embargo tersebut merupakan bagian dari sanksi ekonomi atas serangan Rusia ke Ukraina.
Alexandra Alatari, analis shipping dari Braemar Shipbroking, mengatakan dimulainya embargo impor batu bara Rusia menandai era baru dalam perdagangan batu bara global. Lalu lintas perdagangan akan berubah dari dan menuju Eropa.
Ekspor batu bara thermal negara yang dipimpin Presiden Vladimir Putin itu menembus 187 juta ton pada tahun lalu atau sekitar 20% dari total perdagangan dunia. Sebanyak 60 juta ton batu bara Rusia diekspor ke Eropa dan Jepang yang juga akan melarang impor batu bara dari Rusia. Embargo diperkirakan akan membuat ekspor batu bara Rusia mengalir deras ke China dan India.
Sementara, Eropa akan mengimpor batu bara dari Australia, Kolombia, Amerika Serikat, Australia, serta dalam jumlah kecil dari Asia seperti Indonesia. Namun, dia mengingatkan peningkatan impor dari Asia kemungkinan akan mengalami sedikit hambatan terkait infrastruktur sehingga akan berdampak ke harga.
"Ke depan, kita akan melihat pengalihan ekspor secara signifikan. Produsen batu bara saat ini tidak mampu meningkatkan produksi dengan cepat sehingga pasokan terbatas. Ini membuat Uni Eropa harus membayar harga lebih mahal jika impor dari Asia," tutur Atalari, kepada TradeWinds.
Direktur Keuangan Coronado Global Resources Gerhard Ziems memperkirakan kenaikan harga diperkirakan akan bertahan dalam beberapa minggu ke depan. "Kemungkinan ada lagging (antara embargo dan dampak ke harga). Efeknya tidak akan langsung. Kemungkinan akan terasa di September," ujar Ziems, kepada The Australian.
Sementara itu, permintaan batu bara dari Eropa masih meningkat. Selain karena embargo, peningkatan permintaan terjadi karena meningkatnya suhu udara di Benua Biru yang membuat penggunaan listrik meningkat.
Negara Eropa seperti Jerman juga tengah mengejar peningkatan pasokan karena akan mengoperasikan kembali pembangkit listrik batu bara mereka. Ketua Asosiasi Importir Batu Bara Jerman (VDKi) Alexander Bethe mengatakan impor batu bara Jerman kemungkinan meningkat tajam bulan depan. Namun, permukaan sungai Rhine yang terus menyusut bisa mengganggu lalu lintas pengiriman dari pelabuhan utama Eropa.
"VDKi memperkirakan volume ekspor akan meningkat tajam secara bulanan mulai dari September ini," tutur Bethe, kepada Reuters. Bethe memperkirakan impor batu bara pada September bisa melonjak 50% lebih tinggi dari yang tercatat pada Mei yang tercatat 2,35 juta ton.
Impor batu bara Jerman untuk penggunaan listrik diperkirakan bisa menembus 32 juta ton tahun ini, naik dibandingkan tahun lalu yang tercatat 27 juta ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sebulan Naik Hampir 30%, Batu Bara Masih Kuat Nanjak?
