
Perang Berlanjut, Ekonomi Jerman akan Kehilangan Rp 3.952 T

Berdasarkan penelitian sebuah Lembaga Penelitian Ketenagakerjaan (IAB), tingkat pekerja diperkirakan tetap hingga tahun 2026. Ketika langkah-langkah ekspansi secara bertahap akan mulai lebih besar dari efek negatif maka berpotensi ada peningkatan pekerja pada tahun 2030 sebanyak 50.000.
Selain itu, yang paling terdampak adalah industri perhotelan yang telah terpukul oleh pandemi Covid-19 dan kemungkinan akan terdampak pada penurunan daya beli konsumen.
Sektor-sektor padat energi seperti industri kimia dan produksi logam juga sangat mungkin akan terpengaruh.
Menurut penelitian tersebut, jika harga energi terus melonjak 160% menjadi 2 kali lipat maka PDB Jerman pada 2023 akan turun 49% lebih rendah dibandingkan tanpa adanya perang. Dengan asumsi ini jumlah angkatan kerja yang dipekerjakan akan lebih sedikit 60.000 pekerja dibanding skenario tanpa perang tahun 2030.
Hingga Juli 2022 saja, tingkat pengangguran Jerman pada Juli meningkat lebih tinggi dari perkiraan. Kantor Tenaga Kerja Jerman melaporkan orang yang kehilangan pekerjaan meningkat sebesar 4,4%.
Menurut data awal dari Kantor Statistik Federal, saat ini penjualan ritel Jerman juga tercatat merosot 8,8% pada Juni dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 1994.
Data itu pun menunjukkan ekonomi Jerman berada di tempat yang suram. Melonjaknya inflasi telah membatasi daya beli masyarakat, sementara krisis energi yang mengancam akan membawa negara itu ke dalam resesi. Pekan lalu, data resmi menunjukkan negara itu mengalami stagnasi pada kuartal kedua.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aum/aum)[Gambas:Video CNBC]