
Perang Berlanjut, Ekonomi Jerman akan Kehilangan Rp 3.952 T

Jakarta, CNBC Indonesia - Ekonomi Jerman diprediksi akan kehilangan nilai tambah lebih dari 260 miliar euro atau setara dengan dengan Rp 3.952,4 triliun pada tahun 2030 akibat perang yang terjadi antara Rusia-Ukraina yang menyebabkan lonjakan harga energi sehingga menimbulkan efek negatif bagi pasar tenaga kerja menurut penelitian sebuah Lembaga Penelitian Ketenagakerjaan (IAB) .
Jika dibandingkan dengan skenario ekspektasi Eropa berdamai, produk domestik bruto (PDB) Jerman yang disesuaikan dengan harga akan turun 1,7% tahun depan dan orang yang bekerja akan lebih sedikit sekitar 240.000.
Diketahui, Perekonomian Jerman dilaporkan mengalami stagnasi pada kuartal II/2022. Adapun secara tahunan (yoy), pertumbuhan PDB Jerman pada kuartal II/2022 tercatat sebesar 1,4% atau lebih rendah dari konsensus sebesar 1,7%.
Perlambatan di Jerman atau jantung manufakturnya, dapat menyeretnya ke arah sebaliknya. Sebagaimana diketahui, negara ini menyumbang sekitar seperempat dari produk domestik bruto (PDB) Uni Eropa.
Kebuntuan energi yang sedang berlangsung antara Eropa dan Rusia artinya bahwa resesi masih sangat mungkin terjadi. Jerman sendiri sangat rentan karena telah lama mengandalkan ekspor gas alam Moskow untuk memberi daya pada rumah dan industrinya.
Ekonomi Jerman sebelumnya diramalkan akan mengalami gangguan yang cukup banyak di tahun ini. Apalagi Rusia telah memotong pasokan gasnya kepada Berlin yang cukup bergantung pada Moskow.
Rusia sebenarnya mengatakan pemotongan ini akibat hal teknis dari pipa Nord Stream I. Namun Jerman bersama sekutu Eropanya tidak percaya dan mengatakan ini bagian dari pembalasan dendam Moskow atas sanksi Benua Biru akibat serangan negara itu ke Ukraina.
"Perang di Ukraina mengakhiri model bisnis ekonomi Jerman berdasarkan impor energi murah dan ekspor barang besar-besaran di dunia global," kata Carsten Brzeski, ekonom di bank ING.
Mengantisipasi yang terburuk, Jerman telah mengaktifkan fase kedua dari rencana gas darurat tiga tahap, membawanya selangkah lebih dekat ke penjatahan pasokan ke industri. Ini akan menjadi sebuah langkah yang memberikan pukulan besar bagi ekonominya dan seluruh Eropa.