Bursa Asia Ditutup Hijau, Tapi Nikkei-Hang Seng Malah Loyo

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
09 August 2022 16:25
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, July 10, 2019. Asian shares were mostly higher Wednesday in cautious trading ahead of closely watched congressional testimony by the U.S. Federal Reserve chairman. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Foto: Bursa Asia (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona hijau pada perdagangan Selasa (9/8/2022), di mana investor akan memfokuskan perhatiannya pada rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) pekan ini.

Indeks Shanghai Composite China ditutup menguat 0,32% ke posisi 3.247,43, ASX 200 Australia naik 0,13% ke 7.029,8, KOSPI Korea Selatan terapresiasi 0,42% ke 2.503,46, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bertambah 0,23% menjadi 7.102,88.

Namun untuk indeks Nikkei Jepang dan Hang Seng Hong Kong ditutup di zona merah pada hari ini. Indeks Nikkei ditutup merosot 0,88% ke posisi 27.999,96 dan Hang Seng melemah 0,21% menjadi 20.003,439.

Sementara untuk indeks Straits Times Singapura pada hari ini tidak dibuka karena sedang libur memperingati Hari Kemerdekaan.

Dari kabar korporasi di kawasan Asia-Pasifik, saham Softbank Group ditutup ambles lebih dari 7%, setelah segmen Vision Fund melaporkan kerugian sebesar 2,93 triliun yen Jepang pada kuartal II-2022.

Sementara itu, emiten teknologi e-commerce China yakni Alibaba telah mengajukan permohonan untuk mengubah status pencatatannya di Hong Kong menjadi primer dari sebelumnya sekunder.

Bursa Efek Hong Kong mengakui permohonan tersebut pada 8 Agustus. Namun, perubahan kemungkinan akan berlaku sebelum akhir 2022. Raksasa teknologi China tersebut pertama kali mengumumkan rencananya untuk dual listing di Hong Kong pada bulan lalu.

Di lain sisi, latihan militer China yang semakin intensif di sekitar Taiwan hingga hari ini tidak banyak mempengaruhi pasar saham di China.

Investor global masih mengevaluasi potensi langkah dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mengenai kebijakan moneter selanjutnya.

Hal ini masih dievaluasi oleh pelaku pasar setelah data tenaga kerja AS yang mengejutkan pekan lalu telah menurunkan potensi terjadinya resesi dan meningkatkan ruang untuk kenaikan suku bunga acuan The Fed untuk meredakan inflasi.

"Pasar telah mempertimbangkan laporan penggajian yang kuat pada Jumat lalu dengan beberapa bank AS menyerukan kenaikan 75 basis poin pada September mendatang," kata Tapas Strickland, ekonom di National Australia Bank, dilansir dari CNBC International.

Investor juga akan menanti rilis data inflasi AS dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode Juli 2022.

Pada Rabu malam waktu Indonesia, akan dirilis IHK Negeri Paman Sam pada Juli lalu, yang diharapkan akan memberikan sinyal pada kenaikan suku bunga selanjutnya.

Namun, beberapa pelaku pasar dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Negeri Paman Sam pada bulan lalu akan sedikit melandai ke 8,7%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular