Ini Alasan SWF Malaysia, Khazanah, Ogah Investasi di Grab
Jakarta, CNBC Indonesia - Sovereign Wealth Fund (SWF) Malaysia yakni Khazanah Nasional Bhd telah mempertahankan keputusannya untuk tidak melakukan investasi awal di superapp ride hailing dan pengiriman makanan yakni Grab di Asia Tenggara.
Chief Investment Officer Khazanah Nasional, Azmil Zahruddin mengatakan bahwa strategi investasinya adalah berfokus pada investasi besar, bukan kesepakatan dengan perusahaan startup tersebut secara langsung. Khazanah juga tidak dapat mencapai kesepakatan awal untuk mendanai Grab yang didirikan di Malaysia.
Dengan tidak masuknya 'INA'-nya atau dana abadi Malaysia di Grab, banyak pihak yang mengkritiknya karena Khazanah melewati 'kesempatan emas' tersebut. "Anda harus melihat apa itu Khazanah dan apa DNA-nya," kata Zahruddin dalam wawancara eksklusif dengan "CNBC Squawk Box Asia", Kamis (4/8/2022) lalu.
"DNA kami adalah bahwa kami mengelola investasi besar. Investasi [modal ventura] bukanlah hal yang benar-benar kami lakukan, dan itu bukanlah keahlian dan keahlian kami. Jadi yang kami coba lakukan adalah mencoba melakukan investasi tersebut secara langsung, kami justru menyemai investasi ke dalam dana VC yang kemudian berinvestasi ke perusahaan-perusahaan di kawasan Asia Tenggara," tambah Zahruddin.
Zahruddin tetap mendukung pengusaha di Malaysia. Bagaimanapun, hal itu penting bagi Malaysia untuk mendukung para pengusahanya.
Dia juga mengatakan bahwa Khazanah akan terus membantu perusahaan rintisan Malaysia melalui pendekatan investasi tidak langsung ke penyandang dana yang mengambil saham di perusahaan-perusahaan baru ini dan berpotensi berinvestasi di dalamnya secara langsung setelah mereka telah memenuhi kriteria investasi dana tersebut.
Untuk itu, Zahruddin mengatakan bahwa Khazanah lebih memilih berinvestasi di Uber, yang menjadi pesaing Grab, melalui penyandang dana perantara yang bersedia berinvestasi di Uber pada tahap awal.
Sementara itu, investor lain termasuk SWF Singapura, Temasek akhirnya mengambil saham di Grab dan raksasa ride-hailing itu memindahkan kantor pusatnya ke Singapura.
Grab mengakui telah mengumpulkan dana sebesar US$ 4,5 miliar dan terdaftar di Nasdaq pada akhir tahun 2021 melalui merger SPAC dengan Altimeter Growth Corp, menjadikan Grab sebagai perusahaan startup terbesar dari Asia Tenggara yang terdaftar terbesar di bursa AS.
Grab mendominasi layanan ride-hailing di Singapura dan beroperasi di seluruh Asia Tenggara. Perusahaan telah menderita kerugian sejak listing tahun lalu dan masih berlanjut pada kinerja keuangan kuartal pertama 2022, di mana Grab membukukan kerugian bersih sebesar US$ 435 juta meskipun pendapatan telah meningkat menjadi US$ 228 juta, naik 6% (year-on-year/yoy).
Prospek untuk pemodal ventura
Zahruddin mengatakan modal ventura cukup menantang dan banyak dana abadi (SWF) yang telah aktif di modal ventura telah melihat investasi mereka turun hingga 40% pada tahun lalu.
Namun, Khazanah akan terus menyalurkan dananya ke sektor teknologi dan telah melakukannya dalam 10 tahun terakhir.
"Kalau dipikir-pikir, untungnya kami tidak bisa melakukan investasi langsung, karena itu adalah sesuatu yang cukup menantang bagi siapa saja yang pernah berinvestasi di VC," kata Zahruddin, sebagaiman dilansir dari CNBC International.
Khazanah membukukan penurunan laba tahunan hampir 80% pada tahun 2021 menjadi RM 670 juta. Pada tahun 2020, laba Khazanah juga turun sekitar 60% menjadi RM 2,9 miliar.
Pihaknya mengatakan bahwa penurunan laba disebabkan oleh perpanjangan bantuan keuangan yang berkelanjutan untuk maskapai penerbangan dan investasi pariwisata yang menderita akibat pandemi Covid-19.
Pada Bulan lalu, Khazanah mengumumkan akan menjajaki peluang investasi baru di Turki setelah pertemuan antara perwakilan dari SWF Turki di Istanbul.
(chd)