Masih Takut Resesi, Harga Minyak Dunia Ambles Pekan Ini!

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
07 August 2022 09:30
The Liberian-flagged oil tanker Ice Energy transfers crude oil from the Iranian-flagged oil tanker Lana (former Pegas), off the shore of Karystos, on the Island of Evia, Greece, May 26, 2022. REUTERS/Costas Baltas REFILE - QUALITY REPEAT
Foto: REUTERS/COSTAS BALTAS

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali anjlok di pekan ini di tengah kekhawatiran akan perlambatan ekonomi hingga ancaman resesi yang terus menjadi momok bagi harga minyak dunia. Karena ketika ekonomi global terganggu, maka akan menghambat permintaan energi.

Pada Jumat (5/8/2022) harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) menutup perdagangan di posisi US$ 89,01/barel. Naik tipis 0,53% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara harga minyak jenis Brent menutup perdagangan di posisi US$ 94,92/barel. Naik 0,85% dari hari sebelumnya.

Namun melansir data Refinitiv, harga si emas hitam terus terjun bebas dalam sepekan terakhir. Harga minyak jenis Brent dan WTI terkoreksi masing-masing 13,72% dan 9,74% selama sepekan. 

Sejak serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari lalu membuat harga minyak melonjak tajam. Namun koreksi akhir-akhir ini membawa harga minyak ke titik terendah sejak perang Rusia-Ukraina meletus.

Amblesnya harga minyak memang dipicu oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi hingga 'hantu' resesi yang terus menjadi momok bagi harga minyak. Terjadinya resesi ekonomi global akan membebani harga minyak mentah dunia, karena dikhawatirkan akan menghambat permintaan energi.

Apalagi, Amerika Serikat (AS) mencatatkan pertumbuhan negatif alias kontraksi produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,9% pada kuartal II/2022 secara tahunan.

Dengan hasil tersebut, secara teknis AS masuk ke jurang resesi setelah mencetak pertumbuhan negatif alias kontraksi sebesar 1,6% pada kuartal I/2022.

Ketakutan itu nyata adanya, karena didukung dengan data. Stok bensin di Amerika Serikat (AS) mencatatkan kenaikan. Pekan lalu saja, naik 200.000 barel menjadi 225,3 juta barel. Padahal konsensus pasar yang dihimpun Reuters memprediksi adanya penurunan 1,6 juta barel.

Kenaikan stok terjadi karena penurunan permintaan. Benar saja, permintaan bensin turun sekitar 700.000 barel per hari menjadi 8,5 juta barel per hari.

Ini menandakan aktivitas ekonomi di Negeri Adidaya mulai melambat. Kalau ini terus berlangsung, maka AS akan sulit keluar dari jerat resesi.

Harga minyak terus jatuh sebab AS adalah konsumen minyak terbesar dunia. Jika permintaan dari konsumen terbesar turun, harga pasti ikut turun.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(aum/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Usai Serangan Iran ke Israel, Harga Minyak Dunia Tergelincir

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular