Gagal 'To-The-Moon', Laju Kripto Terkoreksi Heboh Taiwan

chd, CNBC Indonesia
Sabtu, 06/08/2022 16:40 WIB
Foto: Ilustrasi Cryptocurrency (Photo by Pierre Borthiry on Unsplash)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas kripto utama terpantau terkoreksi pada pekan ini, setelah pada pekan sebelumnya sempat menghijau.

Melansir data dari CoinMarketCap, dari sepuluh kripto berkapitalisasi pasar di atas US$ 5 miliar, koin digital (token) Solana menjadi yang paling besar koreksinya pada pekan ini, yakni terkoreksi 4,62%.

Hanya beberapa yang mencatatkan penguatan sepanjang pekan ini, yakni BNB yang melejit 7,72%, XRP melesat 1,29%, dan Binance USD yang menguat 0,17%.


Sementara untuk Bitcoin dan Ether terkoreksi masing-masing 2,94% dan 0,21% sepanjang pekan ini.

Sedangkan pada perdagangan Sabtu (6/8/2022) hari ini pukul 15:40 WIB, secara mayoritas menguat. Bitcoin naik tipis 0,1% ke posisi US$ 23.168,56/koin atau setara dengan Rp 344.979.858/koin (asumsi kurs Rp 14.890/US$), sedangkan Ether melesat 3,21% ke US$ 1.711,03/koin atau Rp 25.477.237/koin.

Berikut pergerakan 10 besar kripto pada hari ini dan sepekan terakhir.

CryptocurrencyDalam Dolar ASDalam RupiahPerubahan Harian (%)Perubahan 7 Hari (%)
Bitcoin (BTC)23.168,56344.979.8580,10%-2,94%
Ethereum (ETH)1.711,0325.477.2373,21%-0,21%
Tether (USDT)1,0014.8900,00%-0,02%
USD Coin (USDC)1,0014.887-0,01%-0,03%
BNB313,854.673.227-1,26%7,72%
XRP0,3755.5840,37%1,29%
Binance USD (BUSD)0,999914.889-0,02%0,17%
Cardano (ADA)0,51827.7161,72%-0,82%
Solana (SOL)40,53603.4921,37%-4,62%
Polkadot (DOT)8,77130.5854,68%1,74%

Sumber: CoinMarketCap

Secara harian, perdagangan kripto pada pekan ini juga cenderung volatil. Hal ini karena sentimen pasar pada pekan ini cenderung bervariasi, ada yang positif, ada yang negatif.

Sentimen positif pertama yakni data aktivitas jasa Amerika Serikat (AS) pada Juli 2022.

Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas jasa yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli 2022 berada di 56,7. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 sekaligus mengakhiri penurunan yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.

PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.

Kabar dari ISM ini amat melegakan, karena jasa menyumbang dua pertiga dari total aktivitas ekonomi di Negeri Paman Sam. Jadi, ada harapan AS bisa segera mentas dari resesi.

Sementara sentimen positif kedua yakni data ketenagakerjaan AS pada periode Juli 2022 yang tercatat positif.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat ada sebanyak 528.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farming payroll/NFP) tercipta di AS pada bulan lalu. Angka ini lebih tinggi dari periode sebelumnya yakni Juni lalu yang sebesar 398.000.

Foto: Ilustrasi Doge (Photo by Executium on Unsplash)

NFP bulan lalu juga jauh lebih tinggi dari perkirakan pelaku pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan NFP berada di angka 250.000.

Sementara itu, tingkat pengangguran menurun ke 3,5%, yang juga di bawah prediksi analis. Pertumbuhan upah juga meningkat 0,5% secara bulanan dan 5,2% secara tahunan. Hal tersebut memberikan sinyal bahwa inflasi yang tinggi masih akan tetap menjadi masalah.

Namun, data ketenagakerjaan yang positif ini direspons oleh beberapa pengamat sebagai penanda bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempunyai beberapa alasan untuk tetap menaikan suku bunga acuannya secara agresif.

"Siapa pun yang memprediksikan bahwa The Fed akan berporos tahun depan dan mulai memangkas kenaikan suku bunga, harus menurunkan prediksinya karena itu tidak akan terjadi," tutur Kepala Strategi Pasar B Riley Financial Art Hogan dikutip CNBC International.

"Ini jelas situasi di mana ekonomi tidak melengking atau menuju resesi sekarang," tambahnya.

Laporan tersebut sangat penting karena dijadikan data masukan oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) sebelum memutuskan seberapa banyak kenaikan suku bunga pada pertemuan selanjutnya pada September.

Di lain sisi, sentimen negatif juga datang sepanjang pekan ini. Adapun sentimen negatif tersebut yakni ketegangan antara AS-China yang kembali memanas dan sempat membuat pelaku pasar sedikit 'jiper', karena ketegangan keduanya dapat berpotensi memicu peperangan jika berlanjut serius.

Konflik Rusia-Ukraina belum usai, kemudian ditambah panasnya AS-China, wajar pelaku pasar sempat khawatir.

Seperti diketahui, hubungan China dan Amerika Serikat (AS) kembali memanas dalam beberapa hari terakhir setelah Ketua DPR AS, Nancy Pelosi mengunjungi Taiwan.

Beijing menganggap kehadirannya sebagai provokasi besar, meluncurkan peringatan, dan ancaman yang makin keras.

Sampai saat ini, China menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan demokratis sebagai wilayahnya dan telah berjanji suatu hari akan mengambil pulau itu, dengan paksa jika perlu.

Militer China telah melakukan latihan perang besar-besaran China di Selat Taiwan. Simulasi perang tersebut dilakukan China karena marah setelah kedatangan Pelosi.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: "Panas" AS-China & Aksi The Fed Bikin Bitcoin Berpesta