PBD RI Jadi Obat Kuat Rupiah Hingga Jadi Juara 2 Di Asia!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil menguat hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Jumat (05/8/2022). Rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2022 menjadi obat penguatan Mata Uang Tanah Air hari ini.
Mengacu pada data Refinitv, rupiah menguat tajam pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,47% di Rp 14.860/US$. Kemudian, rupiah memangkas penguatannya menjadi 0,2% menjadi Rp 14.900/US$ pada pukul 11:00 WIB.
Hari ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi RI kuartal II-2022 tumbuh 3,72% dibandingkan kuartal sebelumnya (qtq), meskipun pada kuartal I-2022 terjadi kontraksi 0,96% tapi tidak berlanjut pada kuartal kedua tahun ini. Tidak ada kontraksi dua kuartal beruntun, tidak ada resesi teknikal.
Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 tumbuh 5,44%, lebih baik ketimbang pencapaian kuartal I-2022 di 5,01%.
Pertumbuhan ekonomi RI berhasil melampaui prediksi konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dari 14 institusi bahwa pertumbuhan ekonomi diprediksikan akan mencapai 5,17% (year-on-year) di kuartal kedua tahun ini. Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi mencapai 3,49% dibandingkan kuartal sebelumnya.
Hal tersebut juga berada di atas prediksi Gubernur Bank Indonesia (BI) yang sempat memprediksikan pertumbuhan ekonomi berada 5,05%.
Beberapa waktu lalu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memang telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua tahun ini akan bertahan di atas 5%.
Menurut Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Jumat (5/8/2022) menyampaikan, pendorong utama ekonomi tumbuh melesat adalah adalah konsumsi rumah tangga yang pertumbuhannya mencapai 5,51% dan distribusi 51,47%.
Selanjutnya adalah pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 3,07% atau distribusi 27,31% dan ekspor tumbuh 19,74% atau distribusi 24,6%. Peningkatan ekspor disebabkan oleh lonjakan harga komoditas internasional, baik batu bara, nikel, tembaga hingga minyak kelapa sawit.
Namun, konsumsi pemerintah justru terkontraksi 5,24%.
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang dunia lainnya terkoreksi 0,68% ke posisi 105,79 pada Kamis (4/8) dan menjadi penurunan terbesar sejak 19 Juli 2022.
Pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS menguat tipis 0,14% ke 105,84. Meski begitu, indeks dolar AS bergerak kian menjauhi rekor tertinggi dua dekade di 109,29 pada pertengahan Juli lalu.
Hal tersebut dipicu oleh membaiknya sentimen investor menjelang rilis data pekerjaan AS yang diantisipasi secara luas di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi.
Data pekerjaan AS akan memberikan petunjuk bagaimana perekonomian AS berjalan. Analis memprediksikan peningkatan 250.000 pekerjaan di Juli setelah tambahan 372.000 pekerjaan di Juni.
"Data tenaga kerja AS tampaknya menjadi perhatian semua orang untuk malam ini, jadi saya pikir itu membuat segalanya relatif tenang," tutur Kepala Strategi FX National Australia Bank Ray Attrill dikutip Reuters.
Penguatan Mata Uang Garuda, rupanya tidak sendirian. Di Asia, mayoritas mata uang menguat terhadap si greenback. Baht Thailand memimpin penguatan mata uang Asia, di mana terapresiasi 0,72% terhadap dolar AS.
Kemudian di susul oleh rupiah yang menguat 0,2% terhadap si greenback.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(aaf/aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Dekati Rp 15.000/US$, Begini Kondisi Money Changer
