Ngamuk! Rupiah Menguat Tajam ke Bawah Rp 14.900/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 August 2022 09:09
Pekerja pusat penukaran mata uang asing menghitung uang Dollar AS di gerai penukaran mata uang asing Dolarindo di Melawai, Jakarta, Senin (4/7/2022). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan Jumat (5/8/2022) beberapa saat sebelum rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Melansir data Refinitiv, rupiah membuka perdagangan di Rp 14.860/US$, melesat 0,47% di pasar spot.

Tanda-tanda rupiah akan menguat sudah terlihat dari pergerakannya di pasar non-deliverable forward (NDF) yang lebih kuat pagi ini ketimbang beberapa saat setelah penutupan perdagangan kemarin.

Periode

Kurs Kamis (4/8) pukul 15:17 WIB

Kurs Jumat (5/8) pukul 8:55 WIB

1 Pekan

Rp14.942,5

14865.25

1 Bulan

Rp14.953,0

Rp14.893,9

2 Bulan

Rp14.976,0

Rp14.912,7

3 Bulan

Rp15.003,0

Rp14.926,8

6 Bulan

Rp15.063,0

Rp15.000,5

9 Bulan

Rp15.118,0

Rp15.055,4

1 Tahun

Rp15.225,0

Rp15.141,5

2 Tahun

Rp15.593,6

Rp15.613,6

NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.

Data produk domestik bruto (PDB) kuartal II-2022 akan dirilis pagi ini. Hasil polling Reuters menunjukkan PDB diperkirakan tumbuh 5,13% (year-on-year/yoy) lebih tinggi dari kuartal I-2022 5.01%.

Rilis tersebut tentunya akan memberikan dampak positif ke rupiah, apalagi jika lebih tinggi dari ekspektasi. Di sisi lain, PDB Amerika Serikat mengalami kontraksi di kuartal II-2022, sehingga dikatakan mengalami resesi meski masih menjadi perdebatan, sebab pasar tenaga kerja masih kuat.

Data tenaga kerja Amerika Serikat yang menjadi indikator kesehatan ekonomi akan dirilis malam ini. Jika pasar tenaga kerja AS mengalami pelemahan, maka Amerika Serikat akan semakin banyak yang menyebut mengalami resesi.

Berdasarkan konsensus Trading Economics, perekrutan tenaga kerja di luar sektor pertanian (non-farm payrolls/NFP) pada Juli diperkirakan sebesar 250.000 orang, lebih rendah bulan sebelumnya 372.000 orang. Sementara tingkat pengangguran tetap sebesar 3,6%.

Sementara itu hasil survei terbaru dari Reuters menunjukkan penguatan dolar AS masih belum akan terhenti.

Survei yang dilakukan pada periode 1 - 3 Agustus menunjukkan sebanyak 40 dari 56 analis menyatakan dolar saat ini belum mencapai puncaknya.

Kemudian, survei tersebut juga menunjukkan sebanyak 14 analis melihat puncak penguatan dolar AS akan dicapai dalam 3 bulan ke depan, 19 analis menyatakan dalam 6 bulan. 6 analis bahkan menyatakan puncaknya penguatan dolar AS baru akan terjadi satu tahun ke depan, dan satu analis menyatakan dalam 2 tahun.

"Agar dolar AS melemah, The Fed harus lebih khawatir terhadap pertumbuhan ekonomi ketimbang inflasi, dan kita masih belum berada di situ," kata Michalis Rousakis, ahli strategi valuta asing G10 di Bank of America Securities, sebagaimana dilansir Reuters, Kamis (4/8/2022).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular