
Saham Pendatang Baru Jhonlin Tercuan, PANI Terboncos

Saat IHSG menghijau lagi dan berhasil bertahan di atas zona psikologis 7.000, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Kamis kemarin.
![]() |
Saham emiten produsen kaleng kemas yakni PT Pratama Abadi Nusa Industri Tbk (PANI) masuk ke jajaran top losers setelah sempat menjajaki top gainers selama dua hari beruntun.
Saham PANI ditutup ambruk 6,97% ke posisi harga Rp 11.675/saham. Dengan ini, maka saham PANI terkena batas auto rejection bawahnya (ARB) kemarin.
Nilai transaksi saham PANI pada perdagangan kemarin mencapai Rp 9,14 miliar dengan volume transaksi yang hanya diperdagangkan mencapai 744.000 lembar saham.
Dalam sepekan terakhir, saham PANI terpantau ambles 2,71%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, PANI tercatat ambrol hingga 43,25%.
Sebelumnya kembali masuk ke jajaran top losers kemarin, saham PANI sempat melesat dan masuk ke jajaran top gainers selama dua hari beruntun tepatnya pada perdagangan Selasa dan Rabu pekan ini.
Bahkan sebelum melesat, saham PANI sempat terkena penghentian sementara (suspensi) oleh BEI pada 21 Juli lalu. Kemudian pada 28 Juli, BEI membuka suspensi PANI.
Investor mulai meralisasikan keuntungannya setelah harga saham PANI melesat dua hari beruntun.
Kenaikan saham PANI dua hari sebelumnya disebabkan karena perseroan bakal menggelar rights issue, di mana nilainya cukup fantastis yakni mencapai Rp 6,56 triliun.
Berdasarkan prospektus, Rabu lalu, perolehan dana itu didapat setelah PANI memutuskan untuk melepas 13,12 miliar saham biasa dalam aksi korporasi dengan skema Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Eahulu (PMHMETD) itu. Adapun harga pelaksanaan rights issue ini sebesar Rp 500 per saham.
Jumlah emisi yang diterbitkan tergolong besar, setara 96,97% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Persentase ini juga yang menjadi besaran efek dilusi jika ada pemegang saham yang tidak menggunakan haknya dalam rights issue.
Bagi setiap pemegang saham yang namanya tercatat hingga 10 Agustus mendatang memiliki hak atas 32 HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak untuk membeli satu saham yang dikeluarkan dalam rights issue.
Dana hasil rights issue, setelah dikurangi biaya emisi, akan digunakan untuk penyertaan saham baru yang akan dikeluarkan oleh PT Bangun Kosambi Sukses (BKS).
Usai urusan ini, giliran BKS yang melakukan investasi dan pengembangan bisnis dengan penyertaan saham baru yang dikeluarkan oleh Mega Andalan Sukses (MAS) dan Cahaya Gemilang Indah Cemerlang (CGIC).
Jadi, sederhananya, PANI akan membeli 51% saham BKS senilai Rp 6,5 triliun menggunakan dana hasil rights issue. Nah, 'duit' yang diterima BKS dari PANI akan digunakan untuk mengakuisisi 51% saham MAS dan CGIC masing-masing senilai Rp 4,7 triliun dan Rp 1,8 triliun.
Asal tahu saja, ketiganya merupakan anak usaha Agung Sedayu Group secara langsung melalui PT Multi Artha Pratama (MAP) dengan porsi kepemilikan saham di masing-masing perusahaan 50%. Ini posisi sebelum rights issue.
Sedang setelah rights issue, giliran BKS yang menjadi anak usaha PANI. Sedang MAS dan GCIG menjadi cucu usaha PANI.
Baik MAS maupun CGIC bergerak di sektor properti. Dengan kata lain, PANI akan bermanuver dengan masuk ke bisnis properti dari sebelumnya di industri pengolahan hasil perikanan dan penyimpanan di kamar dingin (cold storage).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)[Gambas:Video CNBC]