Internasional

Rupee Terlemah Dilibas Dolar AS, Ekonomi India Lagi Kenapa?

luc, CNBC Indonesia
Kamis, 04/08/2022 18:40 WIB
Foto: Mata uang Rupee India. (REUTERS / Thomas White / Illustration / File Photo)

Jakarta, CNBC Indonesia - India tengah dilanda gejolak mata uang seiring dengan kian melemahnya rupee terhadap dolar AS.

Dalam beberapa pekan terakhir, rupee terus menguji rekor terendah dan sempat menembus 80 per dolar AS dua kali pada Juli. Adapun pada Kamis (4/8/2022), rupee berada di kisaran 79,06 per dolar AS.

Penurunan nilai mata uang ini pun mendorong tanggapan cepat dari pembuat kebijakan untuk meredakan kekhawatiran tentang aksi jual rupee, yang dapat mendorong harga lebih rendah lagi.


Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengaitkan depresiasi rupee dengan faktor eksternal.

Menurutnya, faktor global seperti perang Rusia dan Ukraina yang sedang berlangsung, melonjaknya harga minyak mentah, dan pengetatan kondisi keuangan global adalah sederet alasan utama melemahnya rupee India terhadap dolar. Hal itu pun diamini oleh para analis.

Terkait harga energi, India menjadi salah satu negara dengan eksposur tertinggi. Dengan melemahnya rupee hingga 5% terhadap dolar AS secara tahunan, maka India harus merogoh kocek lebih lebih dalam demi mengamankan pasokan energinya.

Pasalnya, India saat ini menjadi importir ketiga terbesar minyak yang pembeliannya dilakukan dengan dolar AS.

Menurut Nomura, untuk setiap kenaikan US$ 1 pada harga minyak, tagihan impor India meningkat sebesar US$ 2,1 miliar.

Untuk menyiasati hal tersebut, India akan memaksimalkan pembelian minyak dari Rusia yang harganya telah terdiskon setelah terkena sanksi oleh AS dan sekutunya.

Data awal dari Again Capital pada Juni menunjukkan pasokan minyak mentah Rusia India mencapai hampir 1 juta barel per hari, naik dari 800.000 barel per hari pada Mei.

"Biasanya, mata uang yang lebih lemah bertindak sebagai 'katup tekanan' untuk memulihkan stabilitas eksternal dengan membuat ekspor lebih kompetitif dan mengurangi permintaan impor," kata Adarsh Sinha, co-head for Asia-Pacific forex and rates strategy di Bank of America Securities.

"Impor minyak dari Rusia, jika diselesaikan dalam rupee, akan mengurangi permintaan dolar dari importir minyak. Rupee ini dapat digunakan untuk menyelesaikan pembayaran ekspor India, dan/atau diinvestasikan ke India - keduanya dapat bermanfaat," imbuhnya kepada CNBC International.

Adapun, pada bulan Juli, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/RBI) menerapkan mekanisme penyelesaian perdagangan internasional dalam rupee. Langkah itu memungkinkan para pedagang untuk menagih, membayar, dan menyelesaikan impor dan ekspor menggunakan mata uang tersebut.

"Langkah ini konstruktif untuk rupee dalam jangka menengah karena permintaan penyelesaian melalui rupee yang lebih tinggi menyiratkan permintaan valas yang lebih rendah untuk transaksi transaksi berjalan," tutur Radhika Rao, wakil presiden senior dan ekonom di bank DBS.

Namun, defisit transaksi berjalan India yang melebar diperkirakan akan tetap menjadi hambatan berkelanjutan bagi rupee, diperburuk oleh arus keluar modal besar yang sedang berlangsung.


(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Menkeu Targetkan PDB RI Capai 5,8% di 2026