Ada Kabar Gembira Dari Amerika, Rupiah ke Bawah Rp 14.900/US$
Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah melemah 3 hari beruntun, rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pembukaan perdagangan Kamis (4/8/2022). Namun tidak bertahan lama, rupiah kemudian berbalik melemah.
Begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,07% ke Rp 14.900/US$. Setelahnya penguatan rupiah bertambah menjadi 0,14% ke Rp 14.890/US$, sebelum berbalik melemah 0,07% ke Rp 14.920/US$ pada pukul 9:07 WIB.
Pergerakan rupiah di pasar non-deliverable forward (NDF) memang menunjukkan rupiah bakal berfluktuasi. Sebab, posisinya pagi ini tidak jauh dari beberapa saat setelah penutupan perdagangan Rabu kemarin.
Periode | Kurs Rabu (3/8) pukul 15:17 WIB | Kurs Kamis (4/8) pukul 8:56 WIB |
1 Pekan | Rp14.894,4 | Rp14.882,5 |
1 Bulan | Rp14.915,8 | Rp14.901,0 |
2 Bulan | Rp14.940,5 | Rp14.919,5 |
3 Bulan | Rp14.968,0 | Rp14.944,0 |
6 Bulan | Rp15.049,1 | Rp15.014,0 |
9 Bulan | Rp15.113,3 | Rp15.076,0 |
1 Tahun | Rp15.197,3 | Rp15.156,0 |
2 Tahun | Rp15.628,0 | Rp15.575,9 |
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.
Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot.
Kabar baik dari Amerika Serikat membuat rupiah berfluktuasi di awal perdagangan hari ini.
Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas jasa yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli 2022 berada di 56,7. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 sekaligus mengakhiri penurunan yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Kabar dari ISM ini amat melegakan, karena jasa menyumbang dua pertiga dari total aktivitas ekonomi di Negeri Stars and Stripes. Jadi, ada harapan AS bisa segera mentas dari resesi. Hal tersebut tentunya menjadi kabar gembira, risk appetite berpotensi membaik yang bisa menguntungkan rupiah.
Tetapi di sisi lain, rilis tersebut membuat indeks dolar AS menguat yang memberikan tekanan ke rupiah. Alhasil, mata uang Garuda berfluktuasi.
Pergerakan rupiah saat ini memang sangat dipengaruhi faktor eksternal.
"Pelemahan dalam beberapa hari terakhir lebih dipengaruhi faktor eksternal khususnya meningkatnya tensi geopolitik. Selain perang di Ukraina yang belum menunjukkan tanda-tanda resolusi, tensi politik antara AS dan Tiongkok juga meningkat. Tentu perkembangan ini akan mempengaruhi perkembangan pasar keuangan termasuk di Emerging Market," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo kepada CNBC Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)