
Ada Kabar Gembira dari Amerika, Rupiah Bisa Perkasa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China yang memanas membuat risk appetite pelaku pasar memburuk, rupiah pun kena getahnya. Rabu kemarin, rupiah membukukan pelemahan 3 hari beruntun melawan dolar AS.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah melemah 0,13% ke Rp 14.910/US$, dan berisiko berfluktuasi pada perdagangan Kamis (4/8/2022) sebab indeks dolar AS kembali perkasa. Kemarin indeks yang mengukur kekuatan dolar AS ini menguat 0,25% setelah melesat 0,75% hari sebelumnya.
Apalagi, Institute of Supply Management (ISM) melaporkan aktivitas jasa yang diukur dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada Juli 2022 berada di 56,7. Naik dari bulan sebelumnya yang sebesar 55,3 sekaligus mengakhiri penurunan yang sebelumnya terjadi tiga bulan beruntun.
PMI menggunakan angka 50 sebagai titik mula. Kalau masih di atas 50, artinya dunia usaha sedang dalam fase ekspansi.
Kabar dari ISM ini amat melegakan, karena jasa menyumbang dua pertiga dari total aktivitas ekonomi di Negeri Stars and Stripes. Jadi, ada harapan AS bisa segera mentas dari resesi. Hal tersebut tentunya menjadi kabar gembira, risk appetite berpotensi membaik yang bisa menguntungkan rupiah. Oleh karena itu, Mata Uang Garuda berpeluang mengalami fluktuasi hari ini.
Secara teknikal, rupiah yang disimbolkan USD/IDR melemah 3 hari beruntun setelah mendekati rerata pergerakan 50 hari (moving average 50/MA50) di kisaran Rp 14.810/US$ yang bisa menjadi support kuat.
Pada pekan lalu, rupiah mampu menguat tajam terjadi setelah membentuk pola Doji pada perdagangan Jumat (22/7/2022).
![]() Foto: Refinitiv |
Pola Doji menjadi menunjukkan secara psikologis pasar masih galau menentukan arah, Tetapi ketika muncul saat naik, maka peluang berbalik turun lebih besar. Artinya Rupiah berpeluang menguat.
Selain itu indikator Stochastic pada grafik harian juga berada di wilayah jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama, sehingga memicu penguatan rupiah. Namun, Stochastic kini berada di posisi sebaliknya, naik dari wilayah oversold.
Stochastic merupakan leading indicator, atau indikator yang mengawali pergerakan harga. Ketika Stochastic mencapai wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.
Stochastic pada grafik 1 jam yang digunakan untuk memproyeksikan pergerakan harian sudah bergerak turun tetapi belum mencapai wilayah oversold.
![]() Foto: Refinitiv |
Support terdekat berada di kisaran Rp 14.900/US$, jika ditembus rupiah berpeluang menguat ke kisaran Rp 14.870/US$ hingga Rp 14.850/US$.
Support kuat yang akan menahan penguatan rupiah berada di kisaran Rp 14.730/US$, sebab merupakan FibonacciRetracement61,8%. Sejak saat itu, rupiah terus mengalami tekanan.
Fibonacci Retracement tersebut ditarik dari titik terendah 24 Januari 2020 di Rp 13.565/US$ dan tertinggi 23 Maret 2020 di Rp 16.620/US$.
Sementara itu selama tertahan di atas Rp 14.900/US$, rupiah berisiko melemah ke Rp 14.940/US$ sampai Rp 14.960/US$.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?
