Rupiah Melemah 3 Hari Beruntun, Amerika-China Biang Keroknya!

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 August 2022 15:08
Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hubungan Amerika Serikat dengan China yang kembali memanas membuat rupiah mencatat pelemahan 3 hari beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Ketegangan antara Amerika Serikat dan China membuat sentimen terhadap risiko menurun yang membebani rupiah.

Rupiah sebenarnya sempat menguat tipis 0,07% ke Rp 14.980/US$, tetapi kemudian berbalik melemah 0,21% ke Rp 14.920/US$.

Di penutupan perdagangan, rupiah berada di Rp 14.910/US$, melemah 0,13% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Ketua DPR AS, Nancy Peloci yang mengunjungi Taiwan menjadi penyebab memanasnya hubungan dengan China.

"Anda melihat tensi yang semakin intensif antara dua raksasa ekonomi dunia dan itu mulai menurunkan sentimen terhadap risiko," kata Edward Moya, analis pasar senior di Oanda, sebagaimana dilansir CNBC International.

Pelosi menyebut kunjungan tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Taiwan.

"Kunjungan kami ke Taiwan adalah bentuk penghormatan dan dukungan AS terhadap demokrasi. Solidaritas AS terhadap 23 juta rakyat Taiwan adalah sangat penting untuk saat ini, karena dunia sedang dihadapkan kepada pilihan demokrasi atau otokrasi," kata Pelosi usai mendarat di Taipei, sebagaimana diwartakan Reuters.

China tentu meradang. Pasalnya, selama ini China tidak mengakui kedaulatan Taiwan sebagai sebuah negara. Taiwan, menurut China, adalah salah satu dari provinsi mereka.

Kebijakan One China Policy alias hanya ada satu China membuat Negeri Tirai Bambu geram terhadap ulah AS, terutama Pelosi. Sebagai catatan, ini adalah kunjungan pertama Ketua House of Representatives Negeri Adidaya ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir.

"Kunjungan ini berdampak parah terhadap fondasi hubungan AS-China. Ini juga merupakan pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas wilayah China," tegas Kementerian Luar Negeri China melalui keterangan tertulis.

Hal senada juga diungkapkan Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia(BI), Edi Susianto. Kepada CNBC Indonesia, Edi mengatakan pelemahan rupiah sejak awal pekan terjadi akibat memanasnya hubungan AS - China.

"Pelemahan rupiah dalam 2 hari terakhir ini lebih banyak disebabkan oleh sentimen kunjungan dari ketua DPR AS, Nancy Pelosi, yang merupakan tokoh politik pertama (setelah 25 tahun) yg mengunjungi Taiwan. Kunjungan tersebut dipersepsikan oleh pelaku pasar khawatir menimbulkan konflik geopolitik baru," kata Edi.

"Kunjungan Nancy Pelosi itu diikuti oleh China dengan melakukan ujicoba rudal dan latihan perang di sekitar Taiwan, dimana hal ini dianggap sangat provokatif," tambahnya.

Selain faktor tersebut, menurut Edi rupiah sebenarnya masih cukup kuat dilihat dari capital inflow yang terjadi.

"Kalau kita lihat data investor asing selama hampir 2 minggu terakhir ini (sampai dengan hari kemarin) masih menunjukkan capital inflow baik di pasar saham maupun di pasar bond," ujar Edi.

Inflow yang terjadi tersebut membuat rupiah pada pekan lalu sukses menguat lebih dari 1,2%, dan mengakhiri pelemahan dalam 7 pekan beruntun.

Sementara itu, inflasi di dalam negeri yang terus menanjak dikatakan tidak berdampak signifikan terhadap rupiah.

"(Dampak inflasi) Relatif terbatas, meskipun Indeks Harga Konsumen naik dan di atas ekspektasi pasar, namun inflasi core (inti) masih sesuai dengan ekspektasi pasar" tegas Edi.

Di awal pekan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data inflasi Indonesia periode Juli 2022 yang tumbuh 0,64% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm).Lebih tinggi dibandingkan Juni 2022 yang sebesar 0,61%.

Secara tahunan (year-on-year/yoy), laju inflasi terakselerasi. Inflasi Juli 2022 tercatat 4,94% (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang 4,35% sekaligus jadi yang tertinggi sejak Oktober 2015.

Inflasi inti juga tercatat naik menjadi 2,68% (yoy) lebih tinggi dari sebelumnya 2,63% (yoy).

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kabar Dari China Bakal Hadang Rupiah ke Bawah Rp 15.000/US$?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular