Sentimen Asing Terhadap Rupiah Membaik, Ini Buktinya!
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah pada minggu lalu sukses menghentikan pelemahan 7 pekan beruntun melawan dolar Amerika Serikat (AS). Penguatannya juga cukup besar 1,2% dan menjadi mata uang dengan terbaik ketiga di Asia.
Penguatan rupiah pada pekan lalu hanya kalah dari yen Jepang dan peso Filipina yang menguat 2,1% dan 1,37%.
Bank sentral AS (The Fed) yang sangat agresif dalam menaikkan suku bunga membuat mata uang Asia terpuruk, dan mengalami aksi jual. Hal ini tersurat dari survei 2 mingguan yang dilakukan Reuters.
Survei tersebut menggunakan skala -3 sampai 3, angka negatif berarti pelaku pasar mengambil posisi beli (long) mata uang Asia dan jual (short) dolar AS. Semakin mendekati -3 artinya posisi long yang diambil semakin besar.
Sementara angka positif berarti short mata uang Asia dan long dolar AS, dan semakin mendekati angka 3, semakin besar posisi short mata uang Asia.
Survei tersebut dilakukan terhadap 9 mata uang utama Asia selain yen Jepang. Hasilnya, sejak Mei lalu, semua mata uang tersebut mengalami aksi jual (short), terlihat dari angka positif dari survei.
Meski demikian, hasil survei terbaru yang dirilis hari ini Kamis (28/7/2022) menunjukkan angka untuk rupiah 1,31, lebih baik dari dua pekan sebelumnya lalu 1,59. Hal ini menjadi indikasi sentimen terhadap rupiah mulai membaik.
Tidak hanya rupiah, mata uang lainnya juga membaik kecuali yuan China dan bath Thailand.
Survei tersebut dilakukan sebelum The Fed mengumumkan menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi menjadi 2,25-2,5%.
"Komite memutuskan untuk menaikkan kisaran target Federal Funds Rate menjadi 2,25-2,5%. Ke depan, kami mengantisipasi kenaikan lebih lanjut sebagai hal yang layak (appropriate)," sebut keterangan tertulis The Fed pada Kamis dini hari waktu Indonesia pekan lalu.
Kebijakan sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar, bahkan sebelumnya sempat ada spekulasi kenaikan 100 basis poin.
Selain itu, ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengindikasikan tidak akan lebih agresif. Artinya, ke depannya kemungkinan tidak akan ada kenaikan 100 basis poin. Hal ini membuat indeks dolar AS terus merosot, dan berpeluang semakin mengurangi posisi short mata uang Asia, termasuk rupiah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)