
IHSG Pepet 7.000, Tapi Bensin Untuk Menanjak Terbatas

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih mampu bertahan di atas level psikologis 6.900 di awal pekan. IHSG tercatat menguat 0,25% dan ditutup di 6.968,78 pada perdagangan Senin (1/8/2022).
Penguatan IHSG terjadi saat rilis data inflasi menunjukkan hasil yang berbeda dari ekspektasi pelaku pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi di bulan Juli 2022 meningkat 4,94% secara tahunan atau lebih tinggi dari konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia di 4,83%.
Laju inflasi aktual bulan Juli menjadi yang tertinggi sejak bulan Oktober 2015. Kendati inflasi umum naik ke level tertinggi dalam lebih dari 6 tahun terakhir, tetapi inflasi inti masih terjaga.
Mengacu pada laporan BPS, inflasi inti juga meningkat 2,86% secara tahunan padahal sebelumnya hanya 2,63%.
Di sisi lain aktivitas sektor manufaktur RI juga masih ekspansif meski diwarnai dengan gejolak yang terjadi pada perekonomian global.
Indeks PMI manufaktur Indonesia berada di posisi 51,3 pada Juli 2022, atau naik 1,1 poin dari bulan sebelumnya di 50,3.
Kinerja ekonomi domestik yang masih solid sejauh ini menjadi katalis positif untuk aset berisiko seperti saham.
Di pekan ini, investor juga menanti rilis data pertumbuhan ekonomi untuk kuartal II-2022. Setelah mengalami ekspansi di kuartal pertama dengan pertumbuhan 5,01%, pelaku pasar masih memperkirakan ekonomi Indonesia di kuartal II-2022 bisa tumbuh ekspansif di laju 5,13%.
Analisis Teknikal
![]() Teknikal |
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Boillinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Apabila mengacu pada pergerakan IHSG kemarin, IHSG kembali gagal menyentuh batas atas BB terdekat di 7.013. Posisi tertinggi IHSG intraday berada di 7.005. Namun setelah itu IHSG balik arah meski masih ditutup di zona hijau.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI IHSG kemarin ditutup di 59,8, sedikit mengalami kenaikan dari posisi sebelumnya.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 tetap berada di atas garis EMA 26 dan bar histogram masih menguat di zona positif.
Dalam jangka pendek, IHSG kemungkinan akan membentuk pola konsolidasi terlebih dahulu di 6.900-7.000.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000