Pembeli Misterius BUMI Terungkap? Jangan-jangan Orang Ini!

Tim Riset, CNBC Indonesia
02 August 2022 08:10
Bumi Resources
Foto: Dok Bumi Resources

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sedang ramai menjadi pantauan para pelaku pasar. Bukan hanya harganya yang melesat tajam (nyaris 100% dalam 3 bulan terakhir), tetapi juga munculnya nama investor baru pemegang saham tersebut.

Mengacu pada laporan keterbukaan informasi yang dirilis perseroan pada 20 Juli 2022, nama investor NBS Clients muncul sebagai pemegang saham minoritas dengan kepemilikan lebih dari 5%. Transaksi pembelian saham BUMI oleh NBS Clients dilakukan pada 19 Juli 2022 yang membuat kepemilikannya menjadi 5,54%.

Namun sebelum laporan keterbukaan tersebut dirilis, menariknya NBS Clients sudah menguasai 6,66 miliar saham BUMI atau setara dengan 4,94%. Hanya saja karena kepemilikannya masih di bawah 5%, tidak perlu ada pelaporan keterbukaan informasi.

Aksi borong saham BUMI terus dilakukan oleh NBS Clients. Pada 20 Juli 2022, NBS Clients kembali menyerok 200 juta saham BUMI yang membuat kepemilikannya naik menjadi 5,69%.

Tidak berhenti di situ saja, NBS Clients terus memborong saham BUMI setiap harinya sejak 22-28 Juli 2022 hingga kepemilikan sahamnya secara total mencapai 9,41 miliar atau setara dengan 6,97%.

Namun, dalam keterbukaan informasi tidak dilaporkan di harga berapa dan apa tujuan NBS Clients membeli saham BUMI.

Lagipula, NBS Clients sendiri merupakan rekening escrow. Secara sederhana rekening escrow merupakan rekening bersama yang dikelola oleh pihak ketiga yang juga memastikan seluruh pihak yang terlibat memenuhi kewajiban serta memperoleh hak.

NBS Clients sendiri berkedudukan di Kasernenstrasse, 8021 Zurich, Swiss. Aksi borong saham BUMI oleh NBS Clients turut memantik spekaluasi di kalangan pelaku pasar dan membuat harganya melesat tajam terutama sejak pertengahan bulan Juni lalu.

Menariknya, bukan kali ini rekening escrow NBS tercatat memiliki kepemilikan jumbo di BUMI, sebelumnya nama rekening escrow Nomura Bank sempat muncul menjadi rekening tampungan saham jumbo BUMI pada tanggal 21 April 2022 dimana satu itu Nomura Bank dititipkan 6,67% saham BUMI.

Sehari sebelum kemunculan escrow Nomura Bank ini, terdapat investor yang sebelumnya menyimpan saham BUMI dengan kepemilikan jumbo yakni 7,06% melalui Clearstream Banking s.a. Luxembourg yang memang ranjing bertransaksi di saham BUMI pada Kuartal pertama tahun ini.

Selanjutnya, perlu dicatat pada tanggal 21 April tersebut ada pemilik saham BUMI jumbo lainya yakni Bambang Sihono yang memegang 5,02% saham BUMI, namun keesokan harinya pada tanggal 22 April, nama Bambang hilang tergantikan oleh Barclays Capital Securities yang memegang 6% saham BUMI yang saat ini sudah tidak memiliki saham BUMI di atas 5%.

Sebagai emiten batu bara terbesar di Tanah Air, kenaikan harga si batu hitam menjadi katalis positif untuk harga sahamnya.

Namun kenaikan harga saham BUMI yang signifikan juga memicu otoritas bursa sampai menyurati emiten yang terkenal dengan afiliasinya dengan Grup Bakrie tersebut.

Dalam surat penjelasan yang dipublikasikan oleh perseroan sore kemarin (1/8/2022), pihak BUMI menjelaskan tidak mengetahui aktivitas dan maksud (intent) dari pemegang saham serta perseroan tidak melibatkan diri dengan aktivitas tersebut.

Hanya saja pihak BUMI juga menegaskan bahwa memang ada aksi korporasi berupa konversi Obligasi Wajib Konversi (OWK) menjadi saham dalam rangka untuk restrukturisasi utang.

Sebelumnya pada pertengahan bulan ini, BUMI mengumumkan rekor pembayaran US$ 118,3 juta atau setara dengan Rp 1,77 triliun kepada pemegang Tranche A. Secara total, Tranche A telah menerima total pembayaran US$ 731,3 juta secara tunai dari BUMI.

Corporate Secretary BUMI juga menyebut bahwa seluruh pembayaran Tranche A diharapkan akan diselesaikan pada Oktober 2022 bersamaan dengan dimulainya pembayaran Tranche B. Dileep menambahkan bahwa kupon Payment-in-KInd (PIK) atau pembayaran non tunai dari tanggal 11 April 2018 hingga 12 Juli 2022 atas Tranche B dan C juga sudah dikapitalisasi.

Melansir Refinitiv, utang BUMI atas empat obligasi masih tersisa Rp 21,02 triliun. Tiga dari empat obligasi tersebut akan jatuh tempo pada 11 Desember tahun ini dan diterbitkan dalam mata uang dolar AS atau nilainya mencapai Rp 12,56 triliun.

Sementara itu Rp 8,46 triliun sisanya akan jatuh tempo pada 26 Juli 2024 dalam mata uang rupiah dan merupakan senior unsecured bond.

Hingga akhir kuartal pertama tahun ini, perusahaan masih merasakan tekanan likuiditas dan mencatatkan defisiensi modal sebesar Rp 6,35 triliun.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Sukses Lunasi Utang Jumbo, Saham BUMI Siap Terbang?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular