
Siap-Siap! Emas Bakal Meroket ke US$ 1.900/Troy Ons

Pada pertengahan Juli atau menjelang pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 26-27 Juli pekan lalu, harga emas terus tertekan. Pasar sempat berekspektasi jika The Fed akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 100 bps pada Juli. Ekspektasi tersebut melambungkan dollar AS ke titik tertingginya dalam 20 tahun. Emas pun ambruk.
Pada 20 Juli 2022, harga emas bahkan jatuh ke bawah US$ 1.700 per troy ons yakni US$ 1.693,43 per troy ons. Harga tersebut adalah yang terendah sejak 30 Maret 2021 atau lebih dari 15 bulan terakhir.
Sejak The Fed memberlakukan kebijakan agresif pada awal Mei, harga emas sudah ambruk US$ 119 atau 6,3%. Sejak Mei hingga Juli, The Fed menaikkan suku bunga acuan berturut-turut masing-masing 50, 75, dan 75 bps.
Namun, titik cerah pergerakan emas terjadi pada rapat FOMC pekan lalu. Chairman The Fed mengatakan bank sentral AS akan mempertimbangkan indikator ekonomi, seperti pertumbuhan dalam kebijakan moneter mereka.
Dua hari kemudian, ekonomi AS melaporkan kontraksi pertumbuhan pada kuartal II-2022 yang membawa AS ke jurang resesi.
"Ini merupakan perkembangan yang monumental buat emas. Sinyal The Fed yang lebih dovish diterjemahkan ke dalam banyak hal mulai dari melemahnya dollar AS hingga yield yang melandai," tutur analis dari Daily FX Christopher Vecchio.
Dia menambahkan outlook emas ke depan masih konstruktif meskipun ada koreksi dalam jangka menengah.
Pada kuartal III-2022, emas kemungkinan bisa kembali ke level US$ 1.800 per troy ons seperti sebelum Juli tahun ini.
"Perhatian utama kepada pergerakan emas di kuartal III ini adalah apakah emas mampu menembus US$ 1.900. Emas bisa saja bergerak di kisaran US$ 1.818-1.903 per troy ons," tutur analis Michael Boutros, kepada DailyFX.
Dia menambahkan secara historis, pergerakan harga emas memiliki tren yang berbeda dengan aset lain dalam hal menyerap volatilitas pasar keuangan.
Aset seperti obligasi dan saham kerap takluk saat berhadapan dengan volatilitas yang sangat besar karena mempengaruhi aliran kas, pembagian dividen, hingga kupon. Sebaliknya emas kerap diuntungkan oleh volatilitas harga yang sangat bergejolak.
Faktor tersebut akan membuat harga emas diperkirakan terus membaik. Terlebih, pasar semakin meyakini jika pertumbuhan ekonomi AS yang melambat akan menahan kebijakan agresif The Fed hingga tahun depan.
Permintaan emas juga diperkirakan masih meningkat pada kuartal IV seiring melonjaknya permintaan menjelang perayaan Natal serta sejumlah perayaan Diwali di India pada Oktober mendatang.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)