Rugi Garuda Indonesia (GIAA) Turun Jadi Rp 3,3 T di Kuartal I

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
01 August 2022 11:43
Sejumlah awak kabin melakukan pelatihan di pusat pelatihan kabin kru maskapai Garuda Indonesia Training Center (GITC) di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta, Selasa (31/5/2022). GITC memiliki gedung training pilot, gedung pelatihan pramugari dan gedung emergency safety. Selain itu, terdapat fasilitas penunjang lain seperti ruang social grace (ruang pelatihan make up pramugari), dormitory (asrama tempat tinggal), table manner dan perpustakaan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Sejumlah awak kabin melakukan pelatihan di pusat pelatihan kabin kru maskapai Garuda Indonesia Training Center (GITC) di Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta, Selasa (31/5/2022). GITC memiliki gedung training pilot, gedung pelatihan pramugari dan gedung emergency safety. Selain itu, terdapat fasilitas penunjang lain seperti ruang social grace (ruang pelatihan make up pramugari), dormitory (asrama tempat tinggal), table manner dan perpustakaan. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) berhasil mencatat penurunan kerugian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada kuartal I-2022 menjadi US$ 224,66 juta dari tahun sebelumnya pada periode yang sama yang sebesar US$ 384,35 juta.

Angka kerugian tersebut setara sekitar Rp 3,3 triliun (asumsi kurs Rp 14.860/US$). Mengutip laporan keuangannya per Maret 2022, penyusutan kerugian sekitar 41,55% tersebut terjadi karena penurunan sejumlah beban meskipun pendapatan Garuda pada tiga bulan pertama tahun ini belum membaik.

Tercatat, pendapatan usaha perseroan sebesar US$ 350,16 juta pada akhir Maret 2022, menurun tipis 0,8% dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 353,07 juta.

Capaian pendapatan ini berasal dari penerbangan berjadwal yang mencapai US$ 270,57 juta. Sementara penerbangan tidak berjadwal dan lainnya masing-masing sebesar US$ 24,08 juta, dan US$ 55,50 juta.

Namun, beban usaha perseroan menyusut 25% per 31 Maret 2022 menjadi sebesar US$ 526,34 juta dari tahun lalu yang sebesar US$ 702,18 juta.

Penurunan beban usaha ini seiring dengan menurunnya beban operasional penerbangan jadi sebesar US$ 300,70 juta dari sebelumnya US$ 392,26 juta, beban pemeliharaan dan perbaikan jadi US$ 108,82 juta dari US$ 159,74 juta, beban umum dan administrasi jadi US$ 35,2 juta dari US$ 46,26 juta, beban bandara jadi US$ 32,16 juta dari US$ 46,07 juta.

Namun, beban tiket, penjualan dan promosi justru meningkat menjadi US$ 24,32 juta, dari posisi yang sama tahun lalu senilai US$ 22,93 juta.

Selanjutnya, beban pelayanan penumpang turun jadi US$ 15,77 juta dari US$ 22,23 juta, beban operasional hotel turun menjadi US$ 5,5 juta dari US$ 5,7 juta, beban operasional transportasi turun jadi US$ 2,79 juta dari US$ 4,1 juta dan beban operasional jaringan turun jadi US$ 1,05 juta dari US$ 2,8 juta.

Adapun total aset Garuda pada kuartal I-2022 juga turun menjadi US$ 7,05 miliar dari akhir 2021 senilai US$ 7,19 miliar.

Sedangkan total liabilitas naik menjadi US$ 13,38 miliar dari akhir tahun 2021 yang senilai US$ 13,30 miliar.


(vap/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat di Kondisi Terendah, Ini Cara Garuda Tetap Bertahan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular