
Lo Kheng Hong Effect: BMTR Masuk Top Gainers

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan Jumat (29/7/2022) akhir pekan lalu. Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup turun tipis 0,08% di level 6.951,12 pada perdagangan akhir pekan lalu.
Sedangkan sepanjang pekan lalu, IHSG terpantau melesat 0,93% secara point-to-point (ptp). Dengan ini, maka IHSG telah menghijau dalam dua pekan beruntun
Pada perdagangan akhir pekan lalu, investor asing tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 619,5 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 529,61 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 89,89 miliar di pasar tunai dan negosiasi.
BEI mencatat rata-rata nilai transaksi harian IHSG mencapai sekitaran Rp 17 triliun pada akhir pekan lalu, dengan melibatkan 32 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. Di tengah kembali cerahnya IHSG pada pekan lalu, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Saham emiten Holding Grup MNC yakni PT Global Mediacom Tbk (BMTR) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top gainers pada Jumat akhir pekan lalu. Saham BMTR ditutup terbang 23,03% ke posisi harga Rp 406/saham.
Nilai transaksi saham BMTR pada perdagangan Jumat pekan lalu mencapai Rp 519,19 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 1,44 miliar lembar saham. Namun, investor asing melepas saham BMTR sebesar Rp 7,59 miliar di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, hingga perdagangan akhir pekan lalu, sudah tiga hari berturut-turut saham BMTR bergairah. Dalam sepekan terakhir, saham BMTR sudah melejit hingga 40,97%. Sedangkan dalam sebulan terakhir, BMTR terbang 43,97%.
Kabar terbaru yang beredar menyebut jika BMTR dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) bakal merger. Kabar ini terungkap dari unggahan instagram salah satu pelaku pasar modal, yakni Lukas Setia Atmaja.
Dalam akunnya tersebut, ia mengunggah foto antara value investor Lo Kheng Hong bersama bos MNC Group, Harry Tanoesoedibjo. Unggahan tersebut juga memuat caption dengan catatan salah satu pemicu kenaikan harga saham BMTR dan MNCN pada Kamis lalu, lantaran ada informasi terkait merger selama rapat umum pemegang saham (RUPS).
"Ada rencana MNCN dan BMTR dimerger," ujar Hary Tanoe pasca sesi tanya jawab RUPS usai. Meski demikian ia menegaskan kepada notaris bahwa hal tersebut bukan bagian dari resolusi RUPS.
Sebagai informasi, BMTR yang merupakan induk perusahaan media Grup MNC memiliki kapitalisasi pasar yang jauh lebih kecil dari anak dan cucu perusahaan. Tercatat perusahaan hanya bernilai Rp 5,47 triliun atau kurang dari 10% valuasi PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN).
Selain saham BMTR, terdapat pula saham emiten laptop bermerek Axioo yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 20 Juli lalu, yakni PT Tera Data Indonesia Tbk (AXIO). Saham AXIO ditutup melejit 17,95% ke posisi Rp 276/saham.
Nilai transaksi saham AXIO pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 102,31 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 385,49 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham AXIO sebesar Rp 84,36 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak debut perdananya pada 20 Juli lalu, saham AXIO tercatat melemah sebanyak 3 kali dan menguat sebanyak 5 kali. Dalam sepekan terakhir, saham AXIO berhasil melesat hingga 23,21%.
Perusahaan produsen laptop merek Axioo tersebut menetapkan harga penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) sebesar Rp 140/saham. Dengan demikian, dari perdagangan perdananya hingga akhir pekan lalu, saham AXIO meroket hingga 97,14%.
Perseroan menawarkan sebanyak 1,04 miliar saham baru dengan nilai nominal Rp 25 per saham yang mewakili sebanyak 17,81% dari modal ditempatkan dan disetor penuh dalam Perseroan setelah IPO. Dengan demikian, perseroan bakal meraup dana sebesar Rp 145,6 miliar dari aksi korporasi ini.
Adapun seluruh dana Hasil Penawaran Umum, setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi akan digunakan untuk, sekitar 90% untuk modal kerja (working capital) untuk menunjang peningkatan penjualan Perseroan berupa keperluan pembelian bahan baku komponen dan suku cadang produk Perseroan yang meliputi LCD, motherboard, SSD, RAM, dan lainnya.
Selain beberapa saham yang berhasil masuk ke jajaran top gainers, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Jumat pekan lalu.
![]() |
Saham emiten multi usaha yakni PT Esta Multi Usaha Tbk (ESTA) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top losers akhir pekan lalu. Saham ESTA ditutup ambruk 6,94% ke posisi harga Rp 322/saham. Dengan ini, maka ESTA terkena batas auto rejection bawahnya (ARB) akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham ESTA pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 3,67 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 11,4 juta lembar saham.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 18 Juli hingga perdagangan akhir pekan lalu, saham ESTA hanya mencetak penguatan dua kali saja, sedangkan sisanya yakni 8 kali terkoreksi.
Bahkan tak hanya secara harian saja, saham ESTA juga masuk ke jajaran top losers sepanjang pekan lalu, di mana saham ESTA tercatat ambles hingga 17,44% sepanjang pekan lalu. Sedangkan dalam sebulan terakhir, saham ESTA drop 7,47%.
Belum ada informasi signifikan terkait penurunan saham ESTA. Namun jika melihat kinerja laporan keuangannya, pada kuartal I-2022 ESTA berhasil mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 2,86 miliar atau naik 22,6% dari tahun sebelumnya yakni Rp 2,33 miliar.
Namun, emiten yang umumnya menjalankan usaha perhotelan dan penyewaan properti komersial ini masih mencatatkan kerugian sebesar Rp 566,24 juta.
Selain saham ESTA, terdapat pula saham emiten properti yakni PT Bekasi Asri Pemula (BAPA), di mana sahamnya ambles 6,77% ke posisi Rp 124/saham dan juga menyentuh batas ARB-nya akhir pekan lalu.
Nilai transaksi saham BAPA pada perdagangan akhir pekan lalu mencapai Rp 2,16 miliar dengan volume perdagangan sebanyak 17,37 juta lembar saham. Asing mengoleksi saham BAPA sebesar Rp 3,34 juta di pasar reguler.
Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 18 Juli hingga perdagangan akhir pekan lalu, saham BAPA mencetak penguatan sebanyak 6 kali, melemah 3 kali, dan sekali stagnan. Dalam sepekan terakhir dan sebulan terakhir, saham BAPA masih melonjak 30,53%.
BAPA kembali merugi lantaran pendapatan bersih perusahaan hanya Rp 821,63 juta per kuartal I tahun ini. Pendapatan bersih BAPA ternyata belum mampu mengimbangi tingginya beban umum dan administrasi.
Seperti periode sebelumnya, selama 3 bulan pertama 2022, BAPA masih terbebani besarnya beban umum dan administrasi yang mencapai Rp1,15 miliar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sempat Menguat di Sesi 1, IHSG Hari Ini Ditutup Melemah