Ambil Posisi! IHSG Cenderung Melemah Setiap Agustus
Jakarta, CNBC Indonesia - Memasuki bulan Agustus 2022, para pelaku pasar tentunya perlu mencermati faktor musiman yang terjadi di pasar saham domestik. Secara historis, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung mencatatkan kinerja kurang apik di bulan ke-8.
Sejak tahun 2012-2021 alias satu dekade terakhir, rata-rata imbal hasil bulanan IHSG mencatatkan minus 0,9%. IHSG tercatat menguat enam kali dan melemah empat kali dalam kurun waktu 10 tahun terakhir di bulan Agustus.
Return tertinggi IHSG di bulan Agustus 2022 terjadi pada tahun 2016. Secara bulanan IHSG berhasil mencatatkan kenaikan 3,3%. Sementara, return terendah IHSG pada bulan Agustus dalam satu dekade terakhir tercatat di tahun 2013. Kala itu IHSG melemah 9% secara bulanan di tengah adanya sentimen tapering.
Di sepanjang tahun 2022, IHSG sukses memberikan imbal hasil sebesar 5,62% dan menjadi yang tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Memang, bulan Agustus the Fed tidak akan menggelar rapat FOMC. Keputusan kebijakan moneter terkait suku bunga acuan baru akan dibahas bulan September.
Namun, seiring dengan tekanan inflasi yang semakin meningkat di dalam negeri, ada potensi Bank Indonesia (BI) bisa saja menaikkan suku bunga acuan bulan ini. The Fed sendiri sudah menaikkan suku bunga acuannya lebih dari 200 basis poin (bps) sepanjang tahun ini. Sementara itu BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level terendah sepanjang sejarah 3,5%.
Perbedaan suku bunga acuan AS dan Indonesia semakin menyempit dan membuat valuasi aset-aset keuangan dinilai kurang menarik. Ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi menyampaikan, penguatan IHSG saat ini memang mendapat katalis positif dari kenaikan harga komoditas dan perbaikan earnings emitennya.
Lebih lanjut Tirta Citradi memberikan pandangannya soal valuasi IHSG saat ini. "Rata-rata imbal hasil (yield) obligasi pemerintah 10 tahun yang dianggap sebagai risk free tiga bulan terakhir 7,3%. Dengan asumsi earning per share (EPS) IHSG tumbuh 18% tahun ini, maka earning yield IHSG masih 7%, di bawah instrument yang lebih rendah risiko seperti government bond, jadi ini patut dicermati" papar Tirta.
Secara historis, IHSG memang cenderung melemah di bulan Agustus dan September. IHSG baru mengalami kenaikan di bulan Oktober. Namun setelah itu IHSG memiliki kecenderungan melemah lagi di November.
Baru di bulan Desember, IHSG mengalami kenaikan seiring dengan adanya sentimen window dressing.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp)