
Apakah Indonesia Resesi? Tunggu Jawabannya Minggu Depan...

Masih dari dalam negeri, jelang akhir pekan depan yaitu pada 5 Agustus 2022 akan dirilis dua data yang sangat penting. Pertama adalah cadangan devisa.
Menurut perkiraan Trading Economics, cadangan devisa Indonesia per akhir Juli 2022 sebesar US$ 135,6 miliar. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang US$ 136,4 miliar.
Data cadangan devisa menjadi penting karena bisa menentukan nasib rupiah. Cadangan devisa yang tebal membuat BI punya 'peluru' untuk stabilisasi nilai tukar rupiah.
Kedua, masih pada 5 Agustus, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022. Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,13% yoy. Lebih tinggi ketimbang kuartal sebelumnya yang tumbuh 5,01% yoy.
Momentum Ramadan-Idul Fitri menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Apalagi tahun ini sudah lebih longgar, mudik sudah diperbolehkan sehingga aktivitas ekonomi bergeliat hingga ke pelosok daerah.
Ekonomi Indonesia yang tumbuh positif tentu menjadi kabar gembira. Ingat, tidak sedikit negara yang mencatatkan pertumbuhan ekonomi negatif alias kontraksi.
Misalnya Amerika Serikat (AS). US Bureau of Economic Analysis melaporkan pembacaan awal terhadap ekonomi Negeri Paman Sam menunjukkan adanya kontraksi alias pertumbuhan negatif negatif 0,9% pada kuartal II-2022 dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq). Pada kuartal I-2022, PDB AS juga terkontraksi 1,6% qtq.
Saat ekonomi suatu negara mengalami kontraksi qtq dalam dua kuartal beruntun, itu disebut dengan resesi teknikal. So, Negeri Adikuasa kini sudah resmi masuk ke 'jurang' resesi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)[Gambas:Video CNBC]
