
Dua Perusahaan Hary Tanoe Merger, Bisa Sebesar Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Pemilik Grup MNC Hary Tanoesoedibjo membisikkan potensi penggabungan atau merger dua emiten media miliknya kepada para investor pada gelaran Rapat Umum Pemegang Saham tahunan (RUPST).
Kedua emiten yang dirumorkan akan melakukan merger adalah Global Mediacom (BMRT) yang merupakan induk perusahaan media Grup MNC dengan anak usahanya Media Nusantara Citra (MNCN) yang merupakan operator empat stasiun televisi swasta di Indonesia.
"Ada rencana MNCN dan BMTR dimerger," ujar Hary Tanoe pasca sesi tanya jawab RUPS usai. Meski demikian ia menegaskan kepada notaris bahwa hal tersebut bukan bagian dari resolusi RUPS.
Adapun jenis merger yang akan dilakukan adalah upstream merger, di mana MNCN akan dilebur ke BMRT, sehingga secara otomatis BMRT menjadi surviving company.
Pemilik Grup MNC tersebut juga menyebut bahwa kondisi saham BMTR yang selalu sideways menjadi salah satu alasan utama dibalik rencana merger ini.
Hary mengisyaratkan bahwa hierarki harga saham Grup MNC di bidang media tidak sesuai harapan, dengan "harga saham paling tinggi justru ada di bawah."
MSIN yang merupakan operating company terkait digital adalah emiten media Grup MNC dengan harga tertinggi, diikuti oleh MNCN yang secara langsung memiliki empat televisi yaitu RCTI, MNCTV, GTV dan iNews.
"The Merge Company, The New Company itu langsung memiliki empat TV," jelas Hary secara lugas.
![]() Struktur perusahaan media Grup MNC |
Artinya pasca merger, MSIN yang semula merupakan cucu usaha, kini statusnya naik menjadi anak usaha dari BMTR.
Dalam kesempatan itu Hary juga memberikan sedikit bocoran terkait kapan proses merger ini akan selesai.
"Mudah-mudahan tahun depan bisa tuntas," ujar Hary Tanoe yang mengindikasikan jadwal proses merger kedua perusahaan.
Hary juga mengemukakan optimisme bahwa langkah tersebut mampu mengerek harga saham BMTR yang ia sebut bergerak sideway dan menambahkan bahwa pihak direksi sedang melakukan simulasi terkait merger.
Tidak diketahui pasti seberapa besar potensi keberhasilan merger ini mampu menggenjot harga saham dan kapitalisasi pasar dari BMTR, pasca bergabung dengan MNCN. Akan tetapi melihat optimisme Hary Tanoe tampaknya BMTR mampu tumbuh dengan kapitalisasi lebih besar dari gabungan dua perusahaan tersebut yang mana mencapai Rp 22,6 triliun.
Susah menentukan secara pasti seberapa besar saham hasil meger tersebut, karena banyaknya jumlah aset dan ekuitas yang saling tumpang tindih (overlapping). Selain itu kepemilikan MNCN juga tidak secara eksklusif dimilik oleh BMTR, melainkan ada porsi investor publik hingga 47,33% di sana.
Terkait skema merger dapat dilakukan dengan cara menukarkan saham MNCN yang kemudia dikonversi menjadi saham BMTR. Selanjutnya aset milik MNCN juga akan digabungkan sepenuhnya, tidak hanya aset yang saat ini telah dikonsolidasikan dalam laporan keuangan BMTR. Hal ini tentu berpotensi untuk menambah total aset yang dimiliki BMTR, dan di saat bersamaan kepemilikan saham investor awal di BMTR juga akan terdilusi.
Saat ini kedua saham tersebut memang diperdagangkan di harga yang relatif murah dilihat dari valuasinya. Saham BMRT dihargai 0,5 kali nilai bukunya, sedangkan MNCN sedikit lebih baik tetapi masih tidak mencapai 1 kali nilai buku perusahaan.
Sementara itu kompetitor yang bertarung di segmen serupa harga sahamnya dihargai lebih baik dengan saham SCMA diperdagangkan setara 2,43 kali nilai bukunya. Sedangkan emiten yang baru IPO milik mantan Menteri Pariwisata, NETV, lebih besar lagi atau diperdagangkan setara 90 kali nilai buku.
Kedua emiten tersebut ditutup menguat pada perdagangan hari terakhir pekan ini di Bursa Efek Indonesia (BEI). Saham MNCN menguat 7,11% ke Rp 1.055/saham, sedangkan induknya BMTR ditutup terbang melejit 23% ke Rp 406/saham.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Cek Pergerakan Saham BMTR, Ada yang Diluar Kebiasaan?