
Mega Merger Bank Nobu-MNC Lanjut! Nama Siapa yang Hilang?

Jakarta, CNBC Indonesia - Proses merger bank milik Grup Lippo PT Bank National Nobu Tbk (NOBU) dan Grup MNC PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) disebut terus berlanjut.
Apabila penggabungan tersebut berhasil, rumor yang beredar menyebutkan bahwa NOBU kemungkinan akan menjadi surviving entity atau pihak yang menerima peleburan.
Sebagai informasi, dalam aksi korporasi merger dua perusahaan atau lebih akan ada satu entitas yang jadi penerima peleburan. Dengan demikian perusahaan lainnya akan hilang dan seluruh aset, liabilitas, modal, serta hak dan kewajiban akan dialihkan kepada surviving entity.
Begitu pula dengan pemegang saham perusahaan yang melebur akan secara otomatis menjadi pemegang saham entitas yang menerima peleburan.
Rumor NOBU akan menjadi bank yang menerima peleburan bukan tanpa sebab. Bank milik James Riady ini per 31 Maret 2023, memilki total aset Rp22,42 triliun, sedangkan bank milik Hary Tanoesoedibjo sebesar Rp16,86 triliun per 31 Desember 2022. BABP belum merilis laporan keuangan terbaru per kuartal I/2023.
Akan tetapi kalau dari segi modal inti NOBU yang mencapai Rp3,18 triliun, kalah dengan BABP yang memiliki Rp2,71 triliun.
Kalau NOBU akhirnya menjadi surviving entity dalam merger tersebut, nantinya tiap saham BABP akan dikonversi menjadi saham NOBU sesuai dengan valuasi yang ditentukan oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP).
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebelumnya menyatakan bank milik James Riady dan Hary Tanoesoedibjo ini akan melebur pada Agustus 2023.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan bahwa kedua bank dalam tahap penetapan KJPP dan kesepatakan metode penelitian.
"Penunjukan KJPPdi antaranya adalah untuk menentukan porsi kepemilikan bank hasil merger,yang saat ini sedang dalam proses penetapan seperti info saya di atas. Dua-duanya bisa bisa menjadi PSP [pemegang saham pengendali]," kata Dian saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Rabu (25/5/2023).
Baik NOBU maupun BABP akan melaksanakan rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) dan sekaligus rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 15 Juni 2023. Agendaini dilakukan seiring dengan proses merger yang dilakukan oleh kedua bank milik konglomerat tersebut.
Adapun sebelumnya kabar merger kedua bank disebut-sebut untuk memenuhi modal inti Rp 3 triliun. Akan tetapi pada tahun ini kedua bank telah memiliki modal inti sesuai dengan ketentuan OJK.
Pada bulan lalu Bank MNC mengumumkan modal inti telah mencapai Rp 3,3 triliun. Perusahaan menerima tambahan modal berupa tanah dan bangunan (inbreng) sebesar Rp 801 miliar.
Pada perkembangan terpisah, Bank Nobu telah merilis laporan publikasi keuangan kuartal I/2023. Modal inti bank milik grup Lippo ini tercatat Rp 3 triliun. Dengan demikian, kedua bank telah memenuhi modal inti minimum.
Dalam keterangan terakhir, Corporate Secretary Group Head Bank MNC Heru Sulistiadhi mengatakan latar belakang atas rencana merger antara NOBU dan BABP bukan untuk memenuhi ketentuan modal inti minimum, melainkan sebagai upaya untuk memperkuat usaha dan sinergi dari para pihak yang terlibat.
Sementara itu, Bank Nobu dan Bank MNC kompak mencetak laba sepanjang 2022. Kedua bank, masing-masing mencetak pertumbuhan laba sebesar 61,79% secara tahunan (yoy) dan 308% yoy.
Terbaru, Bank Nobu telah melaporkan kinerja tiga bulan pertama tahun ini. Bank milik Grup Lippo ini meraup laba bersih Rp 29,35 miliar, naik 31,01% yoy. Sementara itu, Bank MNC belum melaporkan kinerja keuangan kuartal I/2023.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(RCI/RCI)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 4 Potensi Akuisisi & Merger Bank Jumbo RI, Diserbu Asing?