
Dolar AS Kian Tak Bertenaga, Rupiah Nanjak Terus!

Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah berhasil melibas di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Jumat (29/7), seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS di pasar spot.
Melansir Refinitiv, rupiah pada sesi pembukaan perdagangan menguat tajam 0,54% ke Rp 14.850/US$. Rupiah sempat memangkas penguatannya, tapi pada pukul 11:00 WIB, rupiah kembali menguat 0,54% ke Rp 14.850/US$.
Indeks dolar AS terpantau kembali melemah cukup tajam 0,35% ke posisi 105,984 terhadap enam mata uang dunia lainnya. Padahal, pada Kamis (28/7), indeks dolar AS juga terkoreksi 0,28% dan berada di level terendah lebih dari tiga pekan di 106,05.
Menurut Kepala Strategi FX National Australia Bank Ray Attril bahwa sentimen yang positif telah membuat dolar AS bergerak lebih lembut.
Namun, data ekonomi AS yang dirilis kemarin masih menunjukkan perdebatan apakah AS sudah memasuki resesi atau belum. PDB AS kuartal II-2022 menunjukkan adanya kontraksi 0,9%. Diketahui PDB pada kuartal sebelumnya juga berkontraksi sebanyak 1,6%. Dengan begitu, secara definisi ekonomi AS sudah memasuki zona resesi karena adanya kontraksi pada ekonomi dalam dua kuartal beruntun.
Angka PDB tersebut juga di bawah analis pasar yang memprediksikan ekonomi AS akan tumbuh kuartal ini sebanyak 0,5%. "Perekonomian sangat rentan tergelincir ke dalam resesi," tutur Analis BMO Capital Markets Toronto Sal Guatieri dikutip Reuters.
Meski begitu, Biru Riset Ekonomi Nasional mendefinisikan resesi sebagai penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan pada sektor lapangan kerja, produksi, pendapatan riil dan indikator lainnya.
Berdasarkan data, pertumbuhan lapangan kerja di AS rata-rata 456.700 per bulan pada paruh pertama tahun ini dan permintaan barang dan jasa di negaranya masih tumbuh. Sementara, klaim data pengangguran turun 5.000 menjadi 256.000 pada pekan yang berakhir pada 23 Juli 2022.
Belanja konsumen yang menyumbang lebih dari dua pertiga kegiatan ekonomi AS masih tumbuh pada tingkat 1%, meskipun angka tersebut merupakan laju yang paling lambat sejak kuartal kedua 2020 karena penurunan pada pembelian barang seiring harga pangan yang tinggi.
Di Asia, mayoritas mata uang menguat di hadapan si greenback, di mana yen Jepang menjadi mata uang di Asia yang berkinerja paling baik karena menguat tajam hingga 0,83% terhadap dolar AS. Sementara, di posisi kedua ditempati Mata Uang Garuda yang menguat 0,54%.
Hanya baht Thailand yang terkoreksi terhadap dolar AS.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aaf)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nasib Suku Bunga Fed Bisa Makin Jelas Besok, Rupiah KO Lagi?