Bos Mandiri: Restrukturisasi Kredit Dampak Covid Terus Turun
Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mampu menjaga performa kredit perseroan yang diikuti oleh kualitas aset yang terjaga.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menyebut, perseroan berhasil menjaga perbaikan kredit lewat monitoring serta manajemen risiko yang ketat.
Darmawan mengungkapkan, hingga pertengahan tahun 2022 posisi rasio non performing loan (NPL) Bank Mandiri (bank only) turun menjadi 2,47%. Tidak hanya itu, berkat optimalisasi kualitas aset serta efisiensi, biaya kredit atau cost of credit (CoC) Bank Mandiri pun berhasil ditekan menjadi 1,27% pada semester I 2022.
"Dalam menjaga kualitas aset, Bank Mandiri telah menjalankan proses mitigasi dengan menerapkan prinsip kehati-hatian termasuk menjaga rasio pencadangan dalam posisi yang mencukupi," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (28/7/2022).
Adapun, sampai dengan akhir Juni 2022, posisi restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di Bank Mandiri makin melandai menjadi Rp 58,2 triliun. Jumlah tersebut sudah jauh lebih rendah dari posisi Juni 2021 sebesar Rp 96,5 triliun.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, penurunan ini didorong oleh pelunasan dan pembayaran cicilan para debitur, dan bisnis usaha para debitur sudah kembali pada kondisi normal. Sehingga, para debitur tersebut memutuskan untuk menyelesaikan program restrukturisasinya.
Selain itu, perseroan akan terus mengurangi restrukturisasi hingga akhir tahun. Sebab, sesuai aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) relaksasi tersebut akan berakhir pada Maret 2023. Jika relaksasi tersebut tidak akan diperpanjang, perseroan sudah siap.
"Dari total portofolio kredit, LAR include restrukturisasi turun 15,12% dari total portofolio dan akan turun 14-15% sampai akhir tahun. Kami sudah siap apabila kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit tidak diperpanjang oleh OJK," pungkasnya.
(vap/vap)