Investor Belum 'Bosan' Buru SBN, Harganya Menguat Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
Kamis, 28/07/2022 18:20 WIB
Foto: Sun, Ilustrasi Oligasi

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Kamis (28/7/2022). Kenaikan ini terjadi setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) kembali menaikkan suku bunga acuannya.

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN. Hanya SBN tenor 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga. 

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 25 tahun naik tipis 0,6 basis poin (bp) ke posisi 7,66% pada perdagangan hari ini. Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara turun menurun signifikan sebesar 10,4 bp ke posisi 7,31%.


Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menguat pada hari ini. Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun naik tipis 0,2 bp ke posisi 2,974% pada hari ini pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Rabu kemarin di 2,972%. Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS juga naik 4,6 bp ke 2,778% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,732%.

Pergerakan pasar terjadi setelah The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (bp) untuk dua bulan berturut-turut. Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa pelaku pasar yang memperkirakan The Fed akan menaikan suku bunganya sebesar 75 bp pada bulan ini.

Hal ini masih dilakukan The Fed untuk memerangi inflasi yang tinggi. Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan The Fed akan membuat keputusan kenaikan suku bunga berdasarkan pertemuan-demi-pertemuan.

Sebelumnya, investor cenderung khawatir bahwa upaya berkelanjutan The Fed untuk menurunkan inflasi dapat mendorong ekonomi ke jurang resesi, atau bahkan mungkin sudah berada dalam resesi.

Namun, kekhawatiran itu mereda setelah Powell mengatakan dia tidak berpikir AS saat ini dalam resesi, menambahkan bahwa ada banyak indikator ekonomi yang masih berkinerja sangat baik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Modal Pasar Saham & SBN Tarik Investor Saat Iran-Israel Panas