Mantap! Wall Street 'Terbang', Bursa Asia Dibuka Bergairah
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka cerah pada perdagangan Kamis (28/7/2022), menyusul bursa saham Amerika Serikat (AS) yang juga cerah pada Rabu kemarin, meski bank sentralnya kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Indeks Nikkei Jepang dibuka melesat 0,7%, Hang Seng Hong Kong naik tipis 0,08%, Shanghai Composite China menguat 0,4%, Straits Times Singapura bertambah 0,29%, KOSPI Korea Selatan melonjak 0,91%, dan ASX 200 Australia naik 0,15%.
Dari Australia, data penjualan ritel pada periode Juni 2022 akan dirilis pada hari ini. Ekonom dalam survei Reuters memperkirakan penjualan ritel Negeri Kanguru pada bulan lalu cenderung melandai menjadi 0,5%.
Selain data penjualan ritel, beberapa data ekonomi Australia lainnya juga akan dirilis pada hari ini, seperti data harga ekspor-impor pada kuartal II-2022 dan data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Juli 2022.
Sementara itu dari kabar korporasi, perusahaan teknologi Korea Selatan yakni Samsung akan merilis kinerja keuangannya pada kuartal II-2022, setelah proyeksi laba perusahaan lebih baik dari yang diharapkan pada awal bulan ini, yang menyebabkan sahamnya mencetak reli.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung cerah terjadi di tengah rebound-nya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Rabu kemarin waktu AS, meski bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) kembali menaikkan suku bunga acuannya.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melesat 1,37% ke posisi 32.197,59, S&P 500 melejit 2,62% ke 4.023,61, dan Nasdaq Composite meroket 4,06% menjadi 12.032,42.
Dini hari tadi waktu Indonesia, The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (Federal Funds Rate/FFR) sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 2,25% hingga 2,5%.
Hal ini sesuai dengan prediksi beberapa pelaku pasar yang memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 75 bp pada bulan ini.
Dibalik cerah bergairahnya Wall Street kemarin, ada kabar baik datang di mana The Fed mengisyaratkan bahwa ke depannya laju kenaikan suku bunga dapat melambat.
Sebelumnya, investor di AS masih khawatir bahwa upaya berkelanjutan The Fed untuk menurunkan inflasi dapat mendorong ekonomi ke jurang resesi, atau bahkan mungkin sudah berada dalam resesi.
Namun, kekhawatiran itu mereda setelah Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan dia tidak berpikir AS saat ini dalam resesi, menambahkan bahwa "ada terlalu banyak area ekonomi yang memiliki kinerja sangat baik."
Selain itu, faktor pendorong Wall Street lainnya adalah kinerja positif perusahaan teknologi. Saham Alphabet naik 7,7% setelah laporan kuartalan menunjukkan pendapatan yang kuat dari bisnis mesin pencari Google. Microsoft naik 6,7% setelah melaporkan lonjakan 40% dalam pertumbuhan pendapatan untuk Azure dan layanan cloud.
Di lain sisi, investor di AS bakal memantau rilis data awal dari Produk Domestik Bruto (PDB) AS periode kuartal II-2022 yang akan dirilis pada malam ini waktu Indonesia.
Diprediksi, ekonomi AS diperkirakan mengalami ekspansi tipis dengan konsensus Trading Economics memproyeksi akan tumbuh 0,5%. Sebelumnya pada kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan ekonomi AS mengalami kontraksi 1,6%.
Pemahaman umum paling dasar tapi tidak ofisial adalah resesi terjadi ketika dalam dua kuartal beruntun pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi.
Kendati demikian, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) AS, wasit resmi yang mengumumkan resesi, menggunakan beberapa faktor lain, di luar kontraksi ekonomi di dua kuartal beruntun, untuk menentukan apakah ekonomi telah mengalami resesi.
Secara resmi, NBER mendefinisikan resesi sebagai "penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh perekonomian dan berlangsung lebih dari beberapa bulan."
Para ekonom biro tersebut bahkan mengaku tidak menggunakan produk domestik bruto sebagai barometer utama.
Sebelumnya, bursa Eropa juga kompak ditutup menguat. Selain pasar ekuitas, mayoritas kelas aset lainnya juga mencatatkan kinerja positif, termasuk aset berisiko tinggi, kripto, yang ikut menguat tajam setelah Powell memberikan pandangan terkait resesi yang dianggap tidak terjadi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)