Jelang Pengumuman Suku Bunga The Fed, Yield SBN Turun Lagi

Chandra Dwi Pranata, CNBC Indonesia
27 July 2022 18:46
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (27/7/2022), jelang pengumuman rapat kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS).

Mayoritas investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di sebagian besar SBN pada hari ini. Hanya SBN tenor 3 dan 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.

Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 3 tahun meningkat 9,2 basis poin (bp) ke posisi 4,939% pada perdagangan hari ini, sedangkan yield SBN bertenor 30 tahun naik tipis 0,1 bp ke 7,451%.

Sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 25 tahun cenderung stagnan di posisi 7,654% pada hari ini. Sementara itu, yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara turun tipis 0,1 bp ke posisi 7,414% pada hari ini.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.

Investor yang pada akhirnya kembali memburu SBN menandakan bahwa mereka cenderung khawatir dengan kondisi pasar keuangan global akibat inflasi yang masih meninggi, pengetatan kebijakan moneter bank sentral, dan perang Rusia-Ukraina yang belum ada tanda-tanda damai.

Dengan investor yang makin khawatir dengan kondisi global, maka mereka cenderung memburu SBN yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven.

Sementara itu dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung menguat pada hari ini, jelang pengumuman rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun naik 1,6 bp ke posisi 3,059% pada hari ini pukul 06:20 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Selasa kemarin di 3,043%.

Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS juga naik 1,3 bp ke 2,8% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,787%.

Yield Treasury tenor 2 tahun hingga kini masih lebih tinggi dari yield Treasury tenor 10 tahun, menandakan bahwa inversi yield masih terjadi dan ditandai oleh pelaku pasar sebagai sinyal resesi yang akan datang.

Padahal beberapa hari sebelumnya, yield Treasury tenor 2 tahun sudah menyentuh ke bawah kisaran 3%. Tetapi pada akhirnya hal ini bersifat sementara.

Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter The Fed yang dijadwalkan pada Rabu siang waktu setempat atau Kamis dini hari waktu Indonesia, di mana pasar memprediksikan setidaknya kenaikan pada suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp).

Bahkan, sejumlah pelaku pasar ada yang memprediksi The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 100 bp pada pertemuan bulan ini.

Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk bergejolaknya kembali pasar keuangan global, terutama di AS akan kembali terjadi.

Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko dan menguntungkan bagi aset safe haven.

Di lain sisi, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,2% pada tahun ini, dari sebelumnya 3,6%. Kemudian pada 2023, ekonomi global diproyeksi akan tumbuh hanya 2,9%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular