
Bursa Asia Dibuka Kebakaran, Hang Seng Sudah Ambles 1%

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (27/7/2022), di mana investor akan memantau rilis data inflasi di Australia dan pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei Jepang dibuka melemah 0,29%, Hang Seng Hong Kong ambles 1,06%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,19%, Straits Times Singapura terpangkas 0,15%, ASX 200 Australia turun tipis 0,03%, dan KOSPI Korea Selatan terdepresiasi 0,18%.
Dari Australia, data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) periode kuartal II-2022 akan dirilis pada hari ini pukul 09:30 waktu setempat.
Ekonom dalam polling Trading Economics memperkirakan IHK Negeri Kanguru akan kembali meningkat menjadi 6,2% di kuartal II-2022, dari sebelumnya sebesar 5,1% pada kuartal I-2022.
ANZ Research dalam laporan riset hariannya memperkirakan inflasi Australia meningkat menjadi 6,6% dari tahun lalu.
"Kami pikir risikonya lebih seimbang untuk perkiraan yang lebih kuat ini mengingat kejutan inflasi naik yang sedang berlangsung secara global," kata riset dari ANZ Research.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah koreksinya kembali bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Selasa kemarin waktu AS, karena investor cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter dari bank sentral AS.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,71% ke 31.761,539, S&P 500 ambles 1,15% ke 3.921,05, dan Nasdaq Composite ambruk 1,87% menjadi 11.562,58.
Ambruknya Wall Street kemarin terjadi karena laporan pendapatan sejumlah perusahaan yang mengecewakan dan proyeksi negatif dari peritel terbesar dunia Walmart.
Saham Walmart ambles 7,6% setelah memperingatkan bahwa harga makanan dan bahan bakar yang lebih tinggi membuat pelanggan membatasi pengeluaran, menyeret turun harga saham peritel besar lainnya seperti Target (-3,6%) dan Kohl's (-9,1%).
Sementara itu peritel lain seperti Nordstrom dan Ross masing-masing kehilangan lebih dari 5%, dan TJX Companies turun sekitar 4,2%.
Walmart yang merupakan peritel terbesar AS memberikan proksi gambaran perubahan konsumsi masyarakat AS, khususnya dalam menghadapi iklim ekonomi dengan inflasi tinggi.
Gejolak ritel yang dikemukakan Walmart ikut menjalar ke saham e-commerce. Shopify anjlok sekitar 14,1% setelah penyedia pembayaran mengumumkan akan memberhentikan sekitar 10% dari tenaga kerja globalnya.
Amazon turun 5,2%. Perusahaan seperti Block dan PayPal yang melayani pembayaran di perusahaan ritel raksasa sahamnya ikut turun masing-masing sekitar 7,1% dan 5,7%.
Selain karena kinerja keuangan beberapa peritel besar di AS yang mengecewakan, investor yang cenderung wait and see jelang pengumuman kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga turut membuat Wall Street kembali terkoreksi.
The Fed akan mengumumkan hasil rapat dua harinya pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia, di mana The Fed diprediksi akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 2,5%, dari sebelumnya 1,75%.
Bahkan, lebih hawkish lagi sejumlah investor terbuka terhadap peluang bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga acuan lebih agresif sebesar 100 bp pada pertemuan Juli ini.
Jika The Fed sungguh-sungguh menaikkan suku bunga acuannya pekan ini, peluang untuk terkoreksinya bursa saham AS terbuka lebar. Ditambah dengan potensi resesi karena perang Rusia-Ukraina belum usai, kian menambah tekanan terhadap aset berisiko.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Perdagangan Perdana di 2024, Bursa Asia Dibuka Beragam
