'Tersangka Pembunuh' Rupiah Pagi Ini: The Fed dan IMF

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 July 2022 09:10
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Sentimen kedua, Dana Moneter Internasional (IMF) merilis laporan World Economic Outlook terbaru edisi Juli 2022. Laporan ini diberi judul Gloomy and More Uncertain, suram dan kian tidak pasti...

Untuk 2022, lembaga yang berkantor pusat di Washington DC (Amerika Serikat/AS) itu memperkirakan ekonomi dunia tumbuh 3,2%. Melambat dibandingkan proyeksi sebelumnya yakni 3,6%.

"Penurunan konsumsi daya beli dan kebijakan moneter ketat membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi AS berkurang 1,4 poin persentase. Di China, terus berlanjutnya lockdown dan krisis properti yang semakin dalam membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi direvisi ke bawah sebanyak 1,1 poin persentase. Di Eropa, efek perang di Ukraina dan kebijakan moneter ketat membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi berkurang signifikan," papar laporan IMF.

growthSumber: IMF

Saat pertumbuhan ekonomi di berbagai negara melambat, tidak demikian dengan inflasi. Pada 2022, IMF memperkirakan laju inflasi di negara-negara maju bisa mencapai 6,6% dan di negara-negara berkembang diperkirakan 9,5%. Masing-masing bertambah 0,9 poin persentase dan 0,8 poin persentase dibandingkan 'ramalan' edisi April 2022.

Tidak hanya itu, tantangan ke depan juga masih sangat berat sehingga sangat mungkin menyebabkan risiko penurunan proyeksi lebih lanjut. Seretnya pasokan gas alam dari Rusia, inflasi yang kian sulit dikendalikan, ketatnya kondisi pasar keuangan, penyebaran Covid-19, eskalasi krisis properti di China, serta fragmentasi geopolitik membuat upaya pemulihan bakal terhambat.

"Ada skenario alternatif kalau risiko-risiko tersebut terjadi. Pertumbuhan ekonomi global bisa melambat menjadi 2,6% dan 2% pada 2022 dan 2023," lanjut laporan IMF.

Kabar ini lagi-lagi menjadi sentimen negatif bagi pasar keuangan di negara-negara berkembang. Perlambatan ekonomi akan membuat investor memilih mencari aset-aset yang dinilai aman (safe haven).

Saat aliran modal ke negara berkembang (termasuk Indonesia) seret, maka tidak heran mata uang akan melemah. Inilah yang sedang dialami oleh rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular