Internasional

Korban Baru, BUMN Gas Ukraina Gagal Bayar Obligasi Asing

Feri Sandria, CNBC Indonesia
27 July 2022 07:35
TOPSHOT - Ukrainian President Volodymyr Zelensky (C) speaks to media in the town of Bucha, northwest of the Ukrainian capital Kyiv, on April 4, 2022. - Ukraine's President Volodymyr Zelensky said on April 3, 2022 the Russian leadership was responsible for civilian killings in Bucha, outside Kyiv, where bodies were found lying in the street after the town was retaken by the Ukrainian army. (Photo by RONALDO SCHEMIDT / AFP) (Photo by RONALDO SCHEMIDT/AFP via Getty Images)
Foto: AFP via Getty Images/RONALDO SCHEMIDT

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan gas negara Ukraina, NJSC Naftogaz, sudah berada di ambang gagal bayar (default) setelah pemerintah menolak permintaannya untuk melakukan pembayaran kepada pemegang obligasi asing.

BUMN energi Ukraina tersebut telah meminta persetujuan pemerintah untuk melunasi pembayaran atas obligasi senilai US$ 335 juta atau setara dengan Rp 5,02 triliun (asumsi kurs Rp 15.000/US$) yang jatuh tempo minggu lalu setelah investor internasional menolak proposal yang diajukan perusahaan untuk menunda pembayaran selama dua tahun. Masa tenggang lima hari kerja untuk melakukan pembayaran telah berakhir pada hari Selasa (26/7) kemarin.

Gagal bayar ini merupakan yang pertama kali bagi entitas yang dimiliki oleh pemerintah Ukraina sejak agresi Rusia akhir Februari lalu.

Gagal bayar ini diprediksi akan memperumit operasi perusahaan yang memainkan peran penting dalam ekonomi Ukraina di masa perang, memproduksi gas dan minyak dan mensubsidi bahan bakar untuk sebagian besar penduduk. Naftogaz juga mengawasi bisnis yang tidak mudah di mana Moskow membayar Kyiv untuk mengirimkan miliaran meter kubik gas alam melalui pipa Ukraina ke Eropa.

Kegagalan Naftogaz untuk membayar obligasi investor asing, umumnya dari negara Barat, telah meningkatkan kekhawatiran tentang kesehatan keuangan publik Ukraina.

Default ini juga mungkin akan membuat pemegang obligasi Naftogaz lain dengan pembayaran yang jatuh tempo akhir tahun ini memaksa untuk mempercepat pembayaran, menambah tekanan keuangan pada perusahaan.

Kyiv dan Naftogaz telah mencoba meyakinkan pemegang obligasi pekan lalu untuk memberikan keringanan penundaan pembayaran.

Obligasi US$ 335 juta yang masa tenggangnya berakhir kemarin adalah salah satu dari tiga obligasi yang diminta penundaan atas pokok dan bunga pinjaman. Ketiga obligasi tersebut diterbitkan dalam denominasi euro dan dolar AS dengan total lebih dari US$ 1,4 miliar (Rp 21 triliun).

Permintaan detik-detik terakhir oleh Naftogaz untuk penangguhan membuat berang beberapa investor Barat, dilansir The Wall Street Journal.

Perusahaan sebelumnya telah mengindikasikan akan memenuhi pembayaran, tetapi perintah dari Kyiv untuk menyimpan 19 miliar meter kubik gas ke dalam penyimpanan pada musim dingin membuat miliaran dolar kas perusahaan terikat di sana.

Beberapa pemegang obligasi merasa bingung atas keputusan Naftogaz dan mempertanyakan apakah Ukraina perlu menyimpan begitu banyak gas ketika calon konsumen - masyarakat Ukraina - telah melarikan diri ke negara tetangga.

Penangguhan yang diusulkan Naftogaz membutuhkan persetujuan setidaknya 75% dari pemegang utang yang memberikan suara pada masing-masing obligasi. Beberapa investor meminta saran dari firma hukum Dechert LLP, yang menyarankan agar pemegang obligasi untuk menolak proposal tersebut.

Fitch Ratings telah menurunkan peringkat kredit Ukraina menjadi C dari CCC pekan lalu, menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kesulitan untuk membayar utang.

Fitch menyebut permintaan perpanjangan pembayaran utang menjadi alasan dan menyampaikan Ukraina perlu merestrukturisasi utangnya di masa depan karena dampak perang. Fitch baru-baru ini juga memangkas peringkat kredit Naftogaz menjadi C, pasca mengumumkan proposal untuk menunda pembayaran obligasi.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(fsd/vap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BEI Suspensi Saham TELE Usai Gagal Bayar Obligasi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular