Top Gainers-Losers

Emiten Batu Bara Grup Bakrie Tercuan, UFOE Jadi Paling Boncos

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
27 July 2022 06:55
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup cukup cerah pada perdagangan Selasa (26/7/2022) kemarin, di tengah penantian investor terkait beberapa kabar penting yang akan muncul dan mempengaruhi sentimen pasar secara dominan.

Indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup naik 0,19% ke posisi 6.871,537. Bahkan pada perdagangan kemarin, IHSG sempat nyaris menyentuh zona psikologisnya di 6.900. Pada perdagangan kemarin pula IHSG konsisten bergerak di zona hijau.

Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka naik tipis 0,06% di posisi 6.862,71. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG makin liar hingga sekitar pukul 10:00 WIB. Setelah itu, IHSG bergerak di rentang 6.870-6.880.

Tetapi pada akhir perdagangan kemarin, penguatan IHSG cenderung terpangkas dan pada akhirnya hanya menguat cenderung tipis di bawah 0,2%.

Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 55 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,4 juta kali. Sebanyak 239 saham terapresiasi, 260 saham terdepresiasi, dan 191 saham lainnya mendatar.

Investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) hingga mencapai Rp 1,58 triliun di seluruh pasar kemarin, dengan rincian sebesar Rp 10,41 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 1,57 triliun di pasar tunai dan negosiasi.

Saat IHSG berbalik menguat, beberapa saham menjadi top gainers. Berikut sepuluh saham yang menjadi top gainers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Gainers

Saham emiten Energi Baru Terbarukan (EBT) yakni PT Arkora Hydro Tbk (ARKO) menjadi salah satu saham yang masuk ke jajaran top gainers pada Selasa kemarin. Saham ARKO ditutup melejit 25% ke posisi harga Rp 550/saham.

Nilai transaksi saham ARKO pada perdagangan Selasa kemarin mencapai Rp 73,66 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 142,54 juta lembar saham. Investor asing mengoleksi saham ARKO sebesar Rp 5,24 miliar di pasar reguler.

Sebelumnya, ARKO resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat pekan kedua di bulan ini dan berhasil meraup dana segar sebanyak Rp 182,67 miliar.

Kenaikan saham ARKO dipicu oleh tingginya antusiasme investor terhadap saham baru emiten pembangkit listrik Tanah Air.

Menurut data perdagangan, sejak melantai di BEI hingga perdagangan hari ini, saham ARKO hanya tercatat 2 kali merah. Dengan ini dalam sepekan ARKO berhasil melesat 43,98%.

Dalam aksi korporasi berupa initial public offering (IPO) ini, ARKO berhasil meraup dana segar dari pasar modal sebanyak Rp 182,67 miliar melalui penerbitan 608.895.000 saham baru di bursa atau setara dengan 20,79% saham beredar di harga Rp 300/unit.

Adapun pemegang saham ARKO adalah PT Arkora Bakti Indonesia sebesar 47,52% dan ACEI Singapore Holdings Private Ltd sebesar 31,68%.

Selain saham ARKO, terdapat pula saham emiten pertambangan Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI), yang harga sahamnya melesat 15,05% ke posisi Rp 107/saham.

Nilai transaksi saham BUMI pada perdagangan kemarin terbilang besar yakni mencapai Rp 1,02 triliun dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 10,1 miliar lembar saham. Tetapi, asing menjualnya sebesar Rp 44,05 miliar di seluruh pasar.

Kenaikan saham BUMI yang nyaris selalu menguat sejak awal pekan lalu salah satunya didorong oleh aksi beli besar-besaran yang dilakukan oleh investor misterius di saham milik Grup Bakrie tersebut.

Sebelumnya investor misterius diketahui memborong 5,91% saham BUMI dalam kurun waktu tiga hari beruntun sejak 19 hingga 21 Juli. Investor yang sama kini menambah kepemilikannya menjadi 6,06% pasca membeli 213 juta saham pada perdagangan akhir pekan lalu, 22 Juli 2022.

Investor tersebut diketahui merupakan klien dari Nomura Bank Switzerland (NBS). Pembeliannya dilakukan lewat rekening escrow yang dikelola oleh NBS sebagai pihak ketiga.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) yang terbit di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut bahwa pembelian dilakukan lewat broker Citibank NA. Adapun alamat entitas pembeli dinyatakan berada di Kasernenstrasse 1, 8021 Zurich, yang merupakan alamat kantor Nomura Swiss.

Lewat rekening escrow di NBS, investor yang tidak diketahui pasti siapa ini pertama kali memborong saham BUMI sebanyak 7,48 miliar atau mewakili kepemilikan 5,54% pada 19 Juli.

Pembelian ini merupakan yang pertama dan memicu KSEI mengungkapkan nama pembeli kepada investor publik. Meski demikian, karena menggunakan rekening escrow tidak diketahui siapa investor dibalik pembelian tersebut.

Kemudian investor tersebut mencicil secara bertahap, yang mana hingga data pengungkapan KSEI terbaru, diketahui masih aktif memburu saham BUMI.

Pembelian tersebut ikut mendongkrak kinerja saham BUMI di bursa, di mana pada tanggal 19 dan 20 Juli, saham BUMI menguat masing-masing 2,60% dan 5,06%. Sedangkan pada perdagangan 21 Juli saham BUMI ditutup stagnan, dan pada akhir pekan lalu ditutup menguat 3,61%.

Selanjutnya pada perdagangan dua hari setelahnya atau awal perdagangan pekan ini, saham BUMI kembali ditutup menguat, bahkan angkanya jauh lebih tinggi yang memberikan indikasi bahwa aksi beli dari investor misterius tersebut tampaknya terus berlanjut.

Saat IHSG berhasil rebound, beberapa saham juga masuk ke jajaran top losers. Berikut 10 saham top losers pada perdagangan Selasa kemarin.

Saham Top Losers

Saham emiten perdagangan elektronik dan furniture yakni PT Damai Sejahtera Abadi Tbk (UFOE) kembali masuk ke jajaran top losers pada perdagangan kemarin dan menduduki posisi pertama.

Saham UFOE ditutup ambruk 7% ke posisi harga Rp 1.130/saham. Dengan ini, maka saham UFOE terkena batas auto rejection bawah-nya (ARB) kemarin.

Nilai transaksi saham UFOE pada perdagangan kemarin mencapai Rp 13,62 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 11,99 juta lembar saham. Tetapi, investor asing mengoleksi saham UFOE sebesar Rp 2,05 miliar di pasar reguler.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 18 Juli hingga kemarin, saham UFOE terpantau mencetak penguatan sebanyak 3 kali dan koreksi sebanyak 4 kali.

Dalam sepekan terakhir, saham UFOE masih melesat 5,12%. Tetapi dalam sebulan terakhir, UFOE tercatat ambles 15,36%.

Belum ada informasi signifikan mengenai penurunan saham UFOE. Jika melihat kinerja keuangan perseroan, pada kuartal I-2022, UFOE berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 172,12 miliar, naik 4,3% dari tahun sebelumnya yakni Rp 165,04 miliar.

Selain itu laba bersih yang diperoleh perusahaan pada kuartal I-2022 sebesar Rp 2,91 miliar, turun 15,3% dari tahun sebelumnya yakni Rp 3,42 miliar. Sebagai informasi, UFOE merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan elektronik dan furniture.

Selain itu, terdapat pula saham emiten produsen kuas cat yakni PT Ace Oldfields Tbk (KUAS) yang juga masuk ke jajaran top losers pada perdagangan kemarin. Padahal pada perdagangan sebelumnya, saham KUAS sempat masuk ke jajaran top gainers.

Saham KUAS ditutup ambles 6,9% ke posisi Rp 81/saham dan juga menyentuh batas ARB-nya kemarin.

Nilai transaksi saham KUAS pada perdagangan kemarin mencapai Rp 15,17 miliar dengan volume transaksi yang diperdagangkan sebanyak 171,62 juta lembar saham. Asing juga mengoleksi saham KUAS sebesar Rp 23,09 juta di pasar reguler.

Belum ada informasi signifikan terkait penurunan saham KUAS. Namun saham KUAS memang rawan terkoreksi, pasalnya pada perdagangan Senin lalu, saham KUAS sudah melesat 20,83%.

Menurut data perdagangan, sejak perdagangan 18 Juli hingga kemarin, saham KUAS tercatat 3 kali menguat, 2 kali terkoreksi, dan 2 kali stagnan. Dengan ini, saham KUAS telah mengalami kenaikan 15,71% dalam sepekan terakhir dan naik 1,25% dalam sebulan terakhir.

Jika melihat kinerja laporan keuangannya, KUAS mampu menumbuhkan kinerja penjualan pada kuartal I-2022 yakni sebesar Rp 25,11 miliar, tumbuh 10,9% dari tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, PT Ace Oldfields Tbk adalah perusahaan manufaktur yang memproduksi peralatan dan perlengkapan untuk keperluan pengecatan yang berbasis di Jawa Barat.

Berdiri sejak tahun 1996, perseroan merupakan perusahaan hasil joint-venture antara PT Ace Panbrush Industry (API), yang berdiri sejak tahun 1989, dan Oldfields International Pty Ltd of Australia, produsen perlengkapan pengecatan terbesar di Australia sejak tahun 1916.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular