Rilis Kinerja BBRI & BBCA Siap Jadi Obat Kuat IHSG Hari Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat pada perdagangan kemarin (26/7) seiring dengan adanya inflow dana asing, meski nilainya kecil.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan dengan apresiasi 0,19% di 6.871,54. Investor asing mencatatkan net buy di pasar reguler sebesar Rp 10,41 miliar kemarin.
Fokus pasar kali ini tetap kepada bank sentral AS The Fed yang akan memutuskan kebijakan moneter suku bunga acuannya.
Otoritas moneter AS tersebut diperkirakan bakal menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bps) seiring dengan laju inflasi tahunan AS yang sudah naik 9,1% Juni lalu.
Kenaikan inflasi yang dipicu oleh tensi geopolitik juga membuat outlook perekonomian global direvisi ke bawah.
Setelah Bank Indonesia (BI) yang merevisi turun outlook perekonomian global dari pertumbuhan 3,5% menjadi 2,9%, kini giliran Dana Moneter Internasional (IMF) yang menurunkan proyeksinya.
Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) terbaru edisi Juli 2022, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2022 ada di angka 3,2% atau 40 basis poin (bps) lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.
Pada perdagangan hari ini duo bank raksasa PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga akan merilis laporan keuangannya yang tentunya akan sangat mempengaruhi sentimen perdagangan hari ini mengingat BBRI dan BBCA adalah dua saham penggerak utama IHSG.
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dianalisis berdasarkan periode harian (daily) dan menggunakan indikator Bollinger Band (BB) untuk menentukan area batas atas (resistance) dan batas bawah (support).
Berdasarkan indikator BB, batas atas dan bawah terdekat IHSG ada di 6.760 dan 6.964. IHSG juga cenderung membentuk pola konsolidasi di 6.800-6.900.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lain yaitu Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
Perlu diketahui, RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Posisi RSI IHSG cenderung tertahan di kisaran level 50.
Apabila menggunakan indikator teknikal lain yaitu Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis EMA 12 sudah memotong garis EMA 26 dari bawah dan bar histogram menguat di zona positif.
Melihat berbagai sentimen yang ada dan indikator teknikal, peluang penguatan IHSG sebenarnya masih terbuka.
Namun IHSG perlu tembus level psikologis 6.900 terlebih dahulu untuk mengkonfirmasi pola uptrend, sedangkan level support terdekat di 6.800.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/vap)