
Yield SBN Kembali Turun, Investor Bakal Terus Memburu SBN?

Jakarta, CNBCIndonesia - Harga mayoritas obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Selasa (26/7/2022), karena investor bersiap untuk memantau hasil rapat terbaru dari bank sentral Amerika Serikat (AS).
Investor kembali memburu SBN pada hari ini, ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) yang kembali terjadi di sebagian besar SBN pada hari ini. Hanya SBN tenor 25 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga.
Melansir data dari Refinitiv, yield SBN tenor 25 tahun naik tipis 0,2 basis poin (bp) ke posisi 47,654% pada perdagangan hari ini.
Sedangkan untuk yield SBN berjatuh tempo 15 tahun cenderung stagnan di posisi 7,398% pada hari ini. Sementara itu, yield SBN berjangka waktu 10 tahun yang merupakan SBN acuan negara kembali melandai 3 bp ke 7,415%.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%.
Dari AS, yield obligasi pemerintah (US Treasury) cenderung melemah pada hari ini, karena investor bersiap untuk memantau hasil rapat terbaru dari bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed)).
Dilansir dari CNBC International, yield Treasury tenor 2 tahun turun 3,9 bp ke posisi 2,996% pada hari ini pukul 06:00 waktu setempat, dari sebelumnya pada perdagangan Senin kemarin di 3,035%.
Sedangkan untuk yield Treasury tenor 10 tahun yang merupakan acuan obligasi negara AS juga menguat 6,1 bp ke 2,759% pada hari ini, dari sebelumnya pada perdagangan kemarin di 2,82%.
Meski cenderung melandai, tetapi yield Treasury tenor 2 tahun masih lebih tinggi dari yield Treasury tenor 10 tahun, di mana hal ini ditandai oleh pelaku pasar sebagai sinyal resesi yang akan datang.
Pelaku pasar menanti pengumuman kebijakan moneter The Fed yang dijadwalkan pada Rabu, 27 Juli waktu setempat, di mana pasar memprediksikan setidaknya kenaikan pada suku bunga acuan sebesar 75 basis poin (bp).
Seperti kebanyakan bank sentral dunia lainnya, The Fed bersikap agresif untuk meredam inflasi dengan konsekuensi perlambatan ekonomi.
Di lain sisi, Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan kepada NBC pada Minggu lalu, ada tanda-tanda bahwa ekonomi AS berada pada risiko resesi, penurunan tidak bisa dihindari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi