Breaking News: Harga Batu Bara Sudah di Atas US$ 400/Ton

Maesaroh, CNBC Indonesia
Selasa, 26/07/2022 06:54 WIB
Foto: Wahyu Daniel

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara langsung terbang pada awal pekan ini. Pada perdagangan Senin (25/7/2022), harga batu kontrak Agustus di pasar ICE Newcastle ditutup di US$ 411,05 per ton. Melonjak 3,01% dibandingkan penutupan pada Jumat pekan sebelumnya.

Kenaikan tersebut membawa pasir hitam kembali ke level psikologis US$ 400 per ton setelah sempat jatuh dan bergerak di bawah level tersebut sejak 15 Juli 2022.

Secara keseluruhan, harga batu bara melesat 17,4% dalam sepekan secara point to point. Dalam sebulan, harga batu bara juga naik 6,2% sementara dalam setahun masih melesat 176,8%.




 

Sepanjang tahun ini, harga batu bara sudah beberapa kali menembus dan bergerak di level psikologis US$ 400 dengan faktor pemicu yang berbeda-beda. Pada 4-9 Maret 2022, batu bara menembus US$ 400 setelah perang Rusia-Ukraina meletus. Batu bara kemudian kembali melandai sebelum melonjak lagi pada pertengahan Mei.

Pada periode 19-23 Mei, harga batu bara kembali menembus US$ 400 per ton menyusul krisis energi di India dan keputusan Uni Eropa untuk melarang impor batu bara dari Rusia. Setelah sempat amblas pada pertengahan Juni, harga batu bara kembali tembus US$ 400 pada 7-14 Juli karena meningkatnya kekhawatiran pasokan gas di Eropa.

Kekhawatiran sempat mereda setelah jaringan Nord Stream 1 yang sempat rusak dan diperbaiki bisa beroperasi kembali pada Kamis pekan lalu. Namun, persoalan belum selesai karena kapasitas gas yang dialirkan hanya 40%. Kondisi inilah yang membuat harga batu bara kembali merangkak naik.

Dilansir Reuters, Senin (25/7/2022), Komisi Eropa juga telah mengusulkan bahwa 27 negara anggota UE masing-masing memotong penggunaan gas mereka sebesar 15% dari Agustus hingga Maret.

Dengan kapasitas hanya 40%, target negara Eropa untuk mengisi pasokan gas hingga 80% pada November mendatang dikhawatirkan tidak terpenuhi. Batu bara pun menjadi pilihan untuk menggantikan gas sebagai sumber energi.

Analis ANZ Bank memperkirakan harga batu bara ke depan akan tetap tinggi karena Eropa membutuhkan pasokan batu bara sebagai pengganti gas. Keputusan Uni Eropa untuk melarang impor batu bara dari Rusia mulai 10 Agustus mendatang juga membuat persaingan mendapatkan pasokan batu bara semakin ketat sehingga harganya sulit turun.

"Risiko pasokan gas yang masih ada akan membantu pergerakan harga batu bara. Pemerintah Eropa juga mulai mengoperasikan kembali pembangkit batu bara mereka. Belum lagi, persoalan cuaca ekstrem yang membuat permintaan listrik meningkat. Pasar batu bara benar-benar dalam tekanan," tulsi ANZ Bank, seperti dikutip dari Montel News.

Jerman akan menghidupkan kembali pembangkit listrik mereka pada 1 Agustus mendatang. Pembangkit tersebut diharapkan bisa menggantikan 1-2% kebutuhan listrik yang semula dipasok dari gas.

Negara seperti Belanda dan Austria juga sudah mengumumkan akan mengoperasikan kembali pembangkit batu bara mereka. Dilansir dari S&P Global, negara-negara Eropa kini sibuk mencari pemasok alternatif untuk menggantikan Rusia. Jika semula mereka mengandalkan Australia, Indonesia, dan Afrika Selatan, mereka bahkan sudah menghubungi Tanzania, Kazakhstan, dan Nigeria untuk menjadi pemasok alternatif.

"Kami sudah menyewa kargo dari Tanzania dan beberapa dari Kazakhstan karena kualitas batu bara jauh lebih baik dari negara lain. Kami juga sudah mengunjungi pertambangan di Nigeria dan saya pikir potensinya besar," tutur buyer besar dari Eropa, seperti dikutip S&P Global.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(mae/mae)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Jurus Emiten Batu Bara Amankan Ekspor Saat Harga Mendingin