Selisih SBN & Treasury Melebar, Pantes Asing Lepas Terus

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
25 July 2022 18:40
US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)
Foto: US Treasury, Bond, Obligasi (Ilustrasi Obligasi)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah Indonesia atau Surat Berharga Negara (SBN) hingga kini masih cenderung memburuk di mana investor masih cenderung melepasnya meski sentimen dari global cenderung negatif.

Sebagai acuan, imbal hasil (yield) SBN bertenor 10 tahun dari posisi awal tahun ini hingga perdagangan akhir pekan lalu sudah naik hingga 112,3 basis poin (bp), dari sebelumnya masih di kisaran 6% ke kisaran 7%.

Sementara itu jika dibandingkan dengan obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS), US Treasury dengan tenor yang sama yakni 10 tahun, selisihnya (spread) pun makin melebar yakni sebesar 67 bp, dari sebelumnya pada awal tahun lalu selisihnya sebesar 468,53, pada akhir pekan lalu melebar menjadi 469,2.

Melebarnya spread antara SBN dengan Treasury AS bertenor sama yakni 10 tahun membuat investor asing terus melepas SBN.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, dari posisi akhir tahun lalu hingga 20 Juli (year-to-date/YTD), asing mencatatkan outflow di pasar SBN hingga mencapai Rp 138,96 triliun.

Saat ini, asing memiliki SBN sebesar Rp 752,38 triliun. Adapun dari persentase kepemilikannya per 20 Juli lalu, asing memiliki SBN sebesar 15,45%. Angka ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2019 lalu.

Hal ini karena obligasi pemerintah AS cenderung lebih 'seksi', meski jika dilihat dari jumlah yield-nya, SBN masih lebih tinggi ketimbang Treasury.

Sementara di kawasan Asia-Pasifik, pasar obligasi pemerintah Indonesia menjadi yang paling besar di lepas oleh asing. Pada bulan lalu saja, asing telah melepas SBN sebesar Rp 15,51 triliun.

Setelah Indonesia, ada Thailand yang dilepas sebesar US$ 1,11 miliar, Malaysia sebesar US$ 940 juta, dan Korea Selatan di mana asing melepasnya sebesar US$ 725 juta pada bulan lalu.

Sementara itu, penjualan cross-border obligasi India turun ke level terendah lima bulan terakhir di US$ 181 miliar pada bulan lalu, karena adanya penurunan harga minyak global yang dapat menenangkan beberapa kekhawatiran atas defisit perdagangannya, karena India merupakan importir utama minyak mentah.

Foreign Bond HolderSumber: Otoritas Moneter di Asia

Kenaikan yield SBN dan Treasury tidak terlepas dari kondisi inflasi yang masih meninggi dan pengetatan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).

Sebagai informasi, The Fed pada semester I tahun ini sudah menaikan suku bunga acuannya sebanyak 3 kalidengan total 150 basis poin menjadi 1,5% - 1,75%.

Bahkan pada pertemuan berikutnya yakni 26-27 Juli, Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan akan menaikkan lagi sebesar 75 basis poin (bp) menjadi 2,25%-2,50%.

Kenaikan suku bunga dalam upaya untuk memadamkan inflasi yang sangat tinggi. Sebagai catatan, inflasi di AS mencapai 9,1% pada Juni, menjadi yang tertinggi dalam empat dekade.

Selain itu, asing yang masih melepas SBN juga disebabkan karena Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuannya dan rupiah yang mendekati Rp 15.000/US$.

BI memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuannya di level 3,5%. Padahal banyak analis yang memprediksi BI akan menaikkan suku bunga. Dengan demikian, sudah 18 bulan suku bunga tersebut tidak berubah.

Sementara untuk suku bunga Deposit Facility masih sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility juga masih sebesar 4,25%.

"Rapat Dewan Gubernur Juli 2022 memutuskan mempertahankan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI-7DRR) pada level 3,5%," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Kamis (21/7/2022) kemarin.

Meski demikian, BI juga sudah mengurangi likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum (GWM) hingga September nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasar SBN Masih Diburu Investor, Yieldnya Turun Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular