Duh Kok Ngeri! Asing Terus Kabur Tinggalkan Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Kamis (21/7) aliran modal diperkirakan masih akan mengalir deras ke luar alias outflow. Sementara tekanan terhadap rupiah tidak akan signifikan.
Diketahui outflow pada pasar SBN hingga 21 Juli 2022 mencapai Rp 138,6 triliun. Rupiah sudah 6 pekan beruntun tidak pernah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS). Meski belakangan pelemahannya tipis-tipis saja, pada pekan lalu rupiah hanya melemah 0,17% ke Rp 15.015/US$.
BI masih mempertahankan suku bunga acuan. Kini Bank Indonesia (BI) 7- Day Reverse Repo rate (BI-7DRR) tetap bertengger pada level 3,5%.
Suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.
Keputusan yang cukup mengejutkan di tengah Bank Sentral AS yang semakin agresif menaikkan suku bunga acuan. Dalam polling yang dilakukan CNBC Indonesia, sebagian ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga 0,25%.
"Apabila pasar merasa bank sentral negara berkembang kurang responsif untuk menaikkan suku bunga acuan guna menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga perbedaan imbal hasil tetap menarik untuk investor, maka potensi outflows meningkat," ungkap Enrico Tanuwidjaja, Head Economic and Research UOB Indonesia kepada CNBC Indonesia, Senin (25/7/2022)
Hal yang senada disampaikan oleh Irman Faiz, Analis Makroekonomi Bank Danamon. "Ada potensi bahwa outflows akan berlanjut karena pasar sudah mulai berekspektasi bahwa BI akan naikkan bunga di tengah The Fed yang agresif," jelasnya kepada CNBC Indonesia.
Meski demikian, pelemahan rupiah tidak terlalu signifikan. Mengingat porsi asing di SBN juga semakin menipis, yakni 15%.
"Dampaknya ke rupiah tidak terlalu agresif karena memang level dari kepemilikan asing sudah jauh lebih rendah dan kita lihat pemain domestik yang lebih banyak memegang aset portfolio," paparnya.
(mij/mij)