BI Tahan Suku Bunga, Dolar Rp 15.000, IHSG 'Merah'

Putra, CNBC Indonesia
22 July 2022 06:10
Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dg Cakupan Triwulanan (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)
Foto: Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur Bulanan Bulan Juli 2022 dg Cakupan Triwulanan (Tangkapan layar Youtube Bank Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuannya dan berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah serta aset berisiko yaitu saham. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 20-21 Juli 2022 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan 7-day reverse repo rate di 3,5%.

Genap 17 bulan sudah suku bunga acuan dipertahankan di level terendahnya sepanjang sejarah. Nilai tukar rupiah di pasar spot langsung melemah dan tembus Rp 15.030/US$ sebagai respon atas keputusan tersebut.

Pelemahan nilai tukar rupiah juga turut menular ke pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 0,15% dan ditutup di 6.864,13.

Keputusan BI menahan suku bunga acuan memang sejalan dengan ekspektasi mayoritas ekonom. Namun tampaknya pasar sedikit merespons dengan negatif.

Ekonom MNC Sekuritas Tirta Citradi menyebut pelemahan rupiah sebenarnya disebabkan oleh faktor eksternal dan sentimen.

"Rupiah tembus Rp 15.000/US$, lebih karena external factors seperti pemburukan persepsi risiko terhadap negara emerging markets sehingga premi risiko naik. Kita lihat setelah Rusia kini Sri Lanka terkena krisis" terang Tirta.

Lebih lanjut, Tirta juga menegaskan bahwa faktor lain yang membuat rupiah melemah adalah perbedaan suku bunga nominal AS dan Indonesia.

"Kalau the Fed minggu depan naikkan 75 basis poin (bps) lagi maka perbedaan suku bunga AS dan Indonesia semakin menyempit di kisaran 100-125 bps padahal sebelumnya di 325-350 bps, ini membuat rupiah tertekan" imbuhnya.

Pelemahan rupiah sejatinya juga menjadi sentimen negatif untuk pasar saham. Tim Riset CNBC Indonesia mencatat rupiah memulai tren depresiasi terhadap dolar AS pada akhir April 2022. Saat itu IHSG juga ikut melemah signifikan.

Pada minggu terakhir April, rupiah masih berada di kisaran Rp 14.300/US$. Namun rupiah terus tertekan dalam sebulan setelahnya dan sempat mencapai Rp 14.730/US$.

Di saat yang sama, IHSG langsung anjlok dari level 7.300 ke 6.600. Rupiah yang melemah 2,7% secara point to point turut memicu koreksi IHSG sebesar 9,6%.

Setelah itu pasar mulai kalem dan rupiah menguat dan sempat kembali ke kisaran Rp 14.435/US$. Saham pun kembali melesat dan menyentuh level di dekat 7.200.

Namun penguatan rupiah tidak berlangsung lama. Setelah menyentuh posisi tertingginya sejak awal Juni, rupiah cenderung tertekan sampai kemarin dan tembus Rp 15.000/US$.

IHSG ikut tertekan dan bahkan sempat kembali menguji level 6.600-an. Kini IHSG kembali ke level psikologis 6.800. Namun IHSG masih mencatatkan pelemahan sebesar 5,7% dari posisi tertingginya tahun ini.

Dengan pelemahan rupiah yang masih terjadi, pelaku pasar patut mewaspadai bahwa fenomena tersebut akan turut berdampak negatif ke pasar saham.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular